Chapter 330 - Aktingmu Cukup Keren (1/2)
Mus mengeram keras merasakan sakit yang amat hebat pada bagian pahanya. Pikirannya seketika membeku dan menyesali kebodohannya karena meragukan mereka yang masih anak SMA.
”Jika kau masih berkata omong kosong lagi, aku tak kan segan untuk membunuhmu.” Ucap Alisya singkat yang langsung membuat semua tubuh Mus bergetar hebat. Nyalinya seketika menciut.
Mus bisa merasakan perbedaan aura yang dikeluarkan dari teman-temannya yang lain. Mus tahu betul kalau instingnya ketika berhadapan dengan orang berbahaya mereka akan mengeluarkan aura yang sangat pekat, dan Alisya lebih dari sekadar bahaya.
”Aku rasa anak ini tidak main-main. Dia bahkan dengan begitu santai dan tanpa ekspresi saat menancapkan besi ini kepadaku.” Batinnya terus menatap ke arah Alisya.
”Pandangannya kepada teman-temannya begitu hangat namun ketika ia menoleh kepadaku pandangan itu seperti ia sedang menatap ke arah mangsanya. Dia monster!” Pikirnya lagi yang terus merasakan nyawanya semakin terancam.
Melihat Mus hanya duduk manis dan tak bergeming, membuat Adith kesal dan langsung mencabut tancapan besi pada pahanya dengan kasar dan tatapan dingin.
Karin dan yang lainnya merasakan betul bagaimana amarah keduanya tidak terkecuali Mus. Meski niat membunuh Alisya lebih besar dibanding Adith, Mus bisa merasa kalau Adith juga tak kan segan untuk mengakhiri hidupnya.
”Sial bagaimana mungkin anak zaman sekarang sudah tak punya rasa takut lagi untuk membunuh orang lain?” Ucapnya memaki dengan penuh kekesalan.
Adith langsung menancapkan besi yang sebelumnya pada paha yang sebelahnya lagi yang membuat Mus berteriak dengan keras namun Emi langsung memasukkan kaos kakinya ke mulut Mus sehingga ia terbatuk-batuk hebat.
Pernafasannya seketika terganggu dan hidungnya menjadi sulit untuk menarik oksigen karena kaos kaki Emi yang sudah ia pakai seharian.
”Untuk orang sepertimu, kau pikir kami akan bersikap sopan satun dan segan? Jika kami tidak melakukan ini apa kau akan memberitahu kami?” Zein memutar kursi Mus agar bisa melihat salah satu temannya yang sudah mati tergantung.
Mata Mus terbelalak sempurna tak mengira kalau semua anak-anak itu cukup sadis dan berbahaya. Ia akhirnya paham kalau sudah berhadapan dengan orang yang salah.
”Jadi apa kamu masih mau bertahan dengan keangkuhanmu itu?” Tanya Riyan dengan menunjukkan tali yang sewaktu-waktu bisa ia lepas dan menjatuhkannya dari lantai 10.
”Aku sarankan agar kau mendengarkan mereka kali ini jika masih ingin hidup.” Bisik Emi pada telinganya dengan tatapan penuh kebencian pada Mus.
Dia yang sudah menaruh amarah yang sangat mendalam perlahan-lahan luntur dan cukup puas setelah melihat semua teman-temannya memperlakukan Mus.
Mus mengangguk pelan tanda bahwa ia sudah menyerah dan akan memberitahu dimana keberadaan adik Emi.
”Baik, akan aku katakan!” ucap Mus setelah terbatuk-batuk saat Emi kembali melepaskan sumbatan mulutnya.
”Bos biasa membawa mereka ke sebuah kontainer penyimpanan yang siap untuk dijual ke luar negeri. Malam ini pukul 11.30 adalah jam keberangkatan terakhir.” Jelasnya sambil terus menggeram menahan sakit di kedua pahanya yang terus mengalirkan darah segar.
”Katakan pada kami dimana lokasinya.” ucap Rinto membalikkan kursi Mus agar bisa mengarah padanya.
”Dermaga perdagangan bagian utara. Tapi aku tidak yakin apa kalian bisa berhasil untuk menyelamatkannya karena bos memiliki banyak penjaga yang tanpa takut membunuh siapapun yang melihat transaksi mereka.” Mus terlihat sedang meremehkan sekaligus memberikan mereka peringatan.