Chapter 327 - Telpon Polisi (2/2)
”Kenapa tante bergantung pada mobil tadi meski berbahaya?” tanya Adora juga dengan penasaran.
”Apa mereka membawa emi secara paksa?” tanya Rinto mengingat reaksi ibu Emi yang terlihat ketakutan tersebut.
”Apa Emi tak mengatakan apapun kepada kalian?” tanya ibu Emi yang bingung dengan kehadiran mereka disana di saat mereka tak mengetahui apapun.
Mereka hanya menggeleng pelan dan menatap ibu Emi dengan tatapan bingung.
”Butuh waktu banyak untuk menjelaskan semuanya kepada kalian di saat kita sudah tidak punya waktu lagi jika ingin menyelamatkan Emi. Kita harus menyelamatkan Emi sekarang juga sebelum terlambat.” Ucap Ibu Emi dengan panik langsung berdiri dari tempat duduknya menuju ke sebuah meja untuk meraih telepon rumah.
”Tante, tante bisa jelaskan pada kami pelan-pelan.” Tarik Riyan cepat melihat ibu Emi yang sedang meraih telepon dengan tangan yang gemetar.
”Telpon polisi, oh tidak jangan polisi. Itu akan membahayakan mereka. Bisakan kalian menelpon orang dewasa lain yang kalian kenal saat ini?” tanya ibu Emi masih belum bisa menenangkan diri.
”Tante tenanglah. Tante bisa ceritakan semuanya pada kami.” Tambah Zein mencoba menenangkan ibu Emi.
”Apa yang bisa kalian lakukan jika aku bercerita kepada kalian?” tatap ibu Emi yang tak yakin jika harus bercerita mengenai masalahnya kepada sekumpulan anak SMA tersebut.
”Kami akan membantu tante mencarikan solusinya secepatnya!” tegas Alisya memberikan bantuan selayaknya padangan ibu Emi kepada mereka.
”Benar juga. Kalian bisa mencari bantuan secepatnya. Emi ditangkap oleh rentenir demi menyelamatkan Adiknya dia bersedia menyerahkan tubuhnya kepada mereka.” Ucap ibu Emi dengan sangat cepat yang membuat Alisya dan yang lainnya langsung terkejut bukan main.
”Apa? Apa di sudah gila?” teriak Aurelia marah dengan apa yang baru saja di dengarnya.
”Sudah lah, tidak ada waktu lagi. Benar apa yang dikatakan oleh tante.” Seru Yogi cepat
”Kita harus menyelamatkannya sekarang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya tadi.” Lanjut Adith yang langsung menghubungi paman Dimas.
”Kalian tunggu disini dan temani ibu Emi, biar kami yang pergi menyelamatkan Emi.” Tunjuk Alisya kepada Yogi dan yang lainnya.
Tanpa pikir Panjang lagi Adith, Karin, Ryu, Zein dan Riyan serta Rinto segera pergi dari sana sembari menunggu mobil yang sudah dihubungi Adith.
”Tunggu, kalian tidak bisa pergi kesana dengan gegabah. Kalian harus meminta tolong kepada orang dewasa.” Teriak ibu Emi menghentikan mereka bertindak bodoh.
”Tante tenang saja. Mereka tau apa yang harus mereka lakukan kok. Untuk sekarang sebaiknya tante bersama kami saja disini.” Adora langsung menarik ibu Emi kembali duduk dan menenangkannya sembari melirik ke arah Alisya mengangguk pelan.
”Tapi mereka…” Ibu Emi masih tak yakin dengan apa yang sedang di pikirkan oleh anak-anak itu.
”Percaya saja pada mereka tante. Mereka bukanlah anak-anak biasa yang seperti tante pikirkan.” Lanjut Aurelia mencoba untuk meyakinkan ibu Emi.
”Mereka bahkan lebih mampu dibanding dengan para polisi jika ingin menyelamatkan Emi dan adiknya.” Ucap Beni dengan wajah yang sangat serius.
”Tapi mereka itu sangat berbahaya. Mereka bahkan tak segan-segan untuk membunuh orang lain nak.” Ucap Ibu Emi mencoba untuk mengingatkan mereka.
”Kalau begitu mereka sudah berhadapan dengan orang yang salah. Teman-teman kami jauh dari sekedar mampu untuk melumpuhkan mereka.” Ucap Gani dengan senyumannya.
Melihat anak-anak itu begitu percaya dengan teman-temannya membuat ibu Emi hanya pasrah sembari terus memikirkan apa yang harus ia lakukan demi menyelamatkan keluarganya dari krisis yang sedang ia jalani.
”Bisakah kita kerumah sakit sekarang? Aku harus kembali melihat ayah Emi.” Ucap ibu Emi dengan tatapan khawatir.
”Tentu tante, kami bisa mengantarkan tante sekarang juga!” terang Feby dengan penuh semangat.
Ibu Emi segera masuk kedalam kamarnya mengambil beberapa keperluan yang bisa ia bawa ke rumah sakit.