Chapter 327 - Telpon Polisi (1/2)

”Ah.. itu Ibu Emi, apa yang ia lakukan dengan mengejar mobil itu?” seru Feby saat melihat ibu Emi yang setengah menggantung pada mobil hitam.

”Itukan berbahaya!” tambah Adora yang membuat Adith dan yang lainnya langsung berlari datang mengahmpiri ibu Emi.

”aah,,,” ibu Emi jatuh terhempas kebawah namun dengan cepat di tangkap oleh Alisya di susul oleh Karin. Adith dan yang lainnya kaget dengan kecepatan mereka berdua.

”Ibu baik-baik saja?” tanya Alisya cepat.

”Emi, mereka membawa Emi!!” teriak ibu Emi begitu mengenali wajah Alisya yang pernah datang kepadanya dulu.

”Karin tahan sebentar!” Alisya langsung melepas peganganya kepada ibu Emi dan berusaha mengejar mobil tersebut. Sekuat tenaga Alisya mengejar, namun itu semakin menjauh sehingga dengan satu loncatan Alisya hanya berhasil meraih bagian belakang mobil tersebut.

Alisya tidak berhasil memegang erat mobil tersebut dan sebelum tangannya terlepas, Alisya langsung melepas alat peredamnya ke mobil tersebut dan jatuh berguling ke jalanan karena mobil tersebut malju begitu kencang.

”Ada apa?” tanya Mus kaget merasakan ada guncangan yang cukup kuat pada bagian belakang mobil mereka.

”Sepertinya ada orang gila yang beralri menabrak mobil kita” ucap temannya sembari melirik kea rah Spion dimana Alisya sedang terguling-guling jatuh.

”Ya sudah lanjutkan perjalanan.” Ucap Mus tak perduli akan apa yang sudah terjadi.

Emi yang mendengar ucapannya langsung menoleh kebelakang dan melihat Alisya yang sudah berdiri menatap mobil mereka pergi menjauh.

”Alisya, bagaiamana bisa dia berada disini?” Emi kaget tak menyangka kalau Alisya yang sempat menabrak mobil mereka. Ia dengan cepat mencari handphonenya namun teringat kalau tasnya jatuh bersama dengan handphonenya saat ia hamper saja bertabrakan dengan ibunya tadi.

”Apa kau mengenalinya?” tanya Mus dengan tatapan menyelidik.

”Oh tidak, aku hanya ingin melihat siapa orang bodoh yang sudah menabrakkan dirinya pada mobil” ucap Emi sambil tersenyum canggung. ”Jika Alisya mendengarku sekarang, sepertinya ia takkan melepaskanku dari jepitannya seperti yang ia lakukan pada Karin.” Pikir Emi merinding mengingat nasibnya.

Mengingat ia takkan lagi bertemu dengan mereka, Emi hanya tersenyum pahit melepmparkan pandangannya keluar jendela mobil. Tak terasa air matanya mengalir jatuh dan terbang bersama angina yang dihasilkan karena kencangnya mobil tersebut.

Tanpa sepengetahuan Emi, semua yang dikatakannya bersama dengan orang yang berada dalam mobil tersebut terdengar jelas oleh Adith yang sedang menghubungi Alisya yang berlalu pergi mengejar mobil yang membawa Emi.

”Oh, Hai, bagaimana?” tanya Feby dengan suara bergetar kaget saat melihat Alisya sudah berda dibelakang mereka dan ikut mendengarkan ucapan Emi.

”Seperti yang kalian dengar, aku sudah menempelkan alat peredamku di mobil merek dan mengaktifkannya.” Ucap Alisya dingin.

Untuk beberapa alasan, Alisya terlihat marah meski mereka masih belum mengetahui apa yang sedang memicu kemarahan Alisya saat itu.

”Dengan begitu kita bisa melacak lokasi mereka dan terus mendengarkan percakapan mereka melalui alat peredam Alisya.” Ucap Adith mulai mengaktifkan GPSnya untuk melakukan pelacakan.

”Apa yang terjadi? Kenapa mereka membawa Emi?” tanya Alisya menatap kepada ibu Emi.

”Sebaiknya kita masuk dulu, biar ibu Emi menjelaskan semuanya dengan tenang.” Karin yang melihat kondisi ibu Emi segera membawanya masuk ke dalam rumah.

”Berantakan sekali, apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Adora saat masuk kedalam rumah Emi yang terlihat kacau balau.

Setelah Karin mendudukkan ibu Emi di kursi sofa dan Ryu yang dengan cekatan memberikan segelas air minum kepadanya yang ia ambil dari dalam kulkas rumah Emi, mereka dengan setia menunggu sampai Ibu Emi mulai Nampak tenang untuk bercerita kepada mereka.

Sembari menunggu, Adora dan yang lainnya mulai membantu untuk membereskan beberapa barang yang masih utuh dan memisahkan beberapa barang yang sudah hancur kedalam tong sampah. Feby membantu Adora dengan menyapu lantai dan yang lainnya membantu mengembalikan beberapa posisi barang yang berjatuhan.

”Tante sudah tenang?” tanya Alisya duduk di samping ibu Emi yang kemudian mengangguk pelan menatap mereka semua dengan tatapan haru.

”Apa yang terjadi? Kenapa rumah tante sampai berantakan seperti ini?” tanya Karin dengan lembut sembari memeluk ibu Emi untuk menenangkannya.