Chapter 269 - Jurus Pengendalian (1/2)

Adith secara perlahan mendekati Alisya memperbaiki posisi Jas kantornya agar menutupi tubuh Alisya kemudian memeluknya dari belakang dengan hangat.

Untuk beberapa saat Alisya hanya bisa terdiam membeku karena Adith semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Alisya. Nafasnya yang berat dan lemah membuat Alisya paham kalau Adith sepertinya sudah bekerja cukup keras 2 hari ini.

”Apa pekerjaan kantor cukup membebanimu?” tanya Alisya lembut memeluk kedua tangan Adith yang dingin diterpa angin malam.

”Tidak, hanya sedikit melelahkan.” Adith menggeleng pelan di bahu Alisya. Meski ia berbicara seperti itu, Alisya bisa mengetahuinya dari detak jantungnya yang terdengar melemah dan deru nafasnya yang juga melemah. Ia seperti tak tertidur selama 2 hari ini.

”Kau harusnya beristirahat dulu di rumah, bukannya malah membawaku kesini.” Alisya membalikkan badannya ingin melihat wajah Adith dari dekat.

”Karena aku sangat merindukanmu.” jawab Adith dengan suaranya yang berat dan lembut.

Lingkar hitam dan kelelahan terlihat betul diwajahnya. Alisya merasa bahwa Adith benar-benar seorang jenius dimana anak-anak pada usia seperti dia, mereka masih menikmati hidup mereka dengan nyaman dan hanya memikirkan tugas sekolah bukannya urusan kantor.

”Mana ada sih siswa SMA yang sudah bekerja di kantoran seperti dirimu. Ini tidak normal Dith.” Alisya menyayangkan Adith yang harus bekerja keras di usianya yang masih muda.

Adith tersenyum manis mendengar ucapan Alisya sehingga ia memajukan kepalanya ingin membisikkan sesuatu ke telinga Alisya.

”Mana ada siswa SMA yang sudah memiliki kemampuan super dan menjadi ketua geng Yakuza. Ini tidak normal Sya.” Adith tersenyum nakal saat membisikkan hal tersebut.

Alisya membelalakkan matanya dan mencubit Adith dengan gemas. Adith hanya tertawa karena wajah malu Alisya yang membuat pipinya memerah merona dan menggemaskan.

”Jadi kenapa kau membawaku kemari?” tanya Alisya setelah cukup puas menyiksa Adith dengan geram.

Adith terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia mulai memberanikan diri untuk berbicara dengan penuh kelemah lembutan.

”Aku tau ini mungkin terlalu cepat bagimu, tapi aku tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi dengan terus berbuat dosa kepadamu.” terang Adith menatap wajah Alisya dengan dalam dan menggeser rambut Alisya yang sedikit menutupi wajahnya ke telinga Alisya.

”Berbuat dosa? maksud kamu?” Alisya mengerutkan keningnya tak mengerti apa maksud dari Adith dengan mengatakan hal tersebut kepadanya.

Adith mengangguk pelan kemudian tersenyum lagi sebelum melanjutkan kata-katanya.

”Aku selalu tak bisa mengendalikan diriku dengan lebih baik kepadamu. Kau selalu berhasil mematahkan jurus pengendalian ku meski kau hanya tertidur atau menatapku seperti ini.” terang Adith lagi tersenyum nakal ke arah Alisya.

”Jadi kemarin saat di perpustakaan aku tidak bermimpi?” ucap Alisya memegang bibirnya dengan wajah malu dan memanas.

”hahahaahha, aku tau kau menyadarinya.” Adith sengaja tertawa renyah untuk menggoda Alisya.

”Kau... kau tuh ya..” Adith langsung memeluk Alisya saat dia terlihat mulai kesal dan jengkel.

”Untuk itu, aku tak ingin membuatmu berdosa dan berbuat dosa kepadamu. Selepas pelulusan sekolah nanti, maukah kamu menikah denganku?” Adith kembali menatap wajah Alisya dengan penuh kasih.

Tepat di saat itu, perlahan-lahan dari satu pohon ke pohon lain dan dari satu taman ke taman lain semua mulai menyalakan lampu-lampunya menerangi taman tersebut.

Alisya memandang dengan penuh takjub semua itu. ia tak menyangka kalau Adith sudah mempersiapkan semua itu hanya untuk dirinya disaat dia masih terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Ia melihat kesana dan kemari dengan pandangan yang penuh haru.