Chapter 494 - 494. Pertengkaran Ayah dan Anak (1/2)

Selepas Silvia memberi pengarahan pada Azell dan membantu Azell untuk mandi serta mencarikan pakaian ganti. Kini mereka sudah siap untuk mengintip Ludius yang sedang memasak di  dapur. Dengan perasaan senang Silvia menggandeng Azell keluar dari kamar menuju ke dapur.

Pagi ini cuaca memang sedang mendung, dan suasana seperti ini memang paling nikmat di habiskan dengan keluarga. Harap tidak di contoh CEO kita ini. Ludius sepertinya akan ambil cuti lagi hari ini, selain karena alasan mendung juga karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarga.

”Lihatlah Bunda, Papa lucu sekali saat memakai celemek. Sepertinya Papa cocok jika berubah profesi menjadi koki rumah, biar Bibi Yun tidak terlalu lelah kalau pagi hari ada yang membantunya memasak”, bisik Azell pada Silvia.

Mereka kini sudah ada di penghujung pintu dapur dan diam – diam mengintip apa saja yang di lakukan Ludius di dapur.

”Issh.. Azell, kamu memang nakal yah” ujar Silvia seraya menyentil kening Azell. ”Papamu CEO loh, banyak pekerjaan yang harus di kerjakan di kantor, tapi Azell ingin Papa bekerja di dapur membantu Bibi Yun? kalau Papa Azell di dapur, lalu siapa yang akan mengurus kantor nantinya?”. Tanya Silvia seraya mengangkat salah satu alisnya, berpikir jika itu benar terjadi.

”Kalau Papa menjadi koki di dapur, tentu Azell yang akan menjadi CEO di Perusahaan Papa dan mengelola kantor agar tidak di isi dengan tante – tante girang seperti tante Bianca itu.” Azell mengatakannya dengan sangat antusias.

Sepertinya Azell sangat geram jika mengingat nama Bianca, matanya berkobar- kobar dan emosinya naik turun tidak stabil, karena memang hal itu cukup membuat Azell trauma terhadap gelap dan hutan yang lebat.

”Azell tenangkan dirimu, nak. Jangan sampai kamu terbawa emosi dan menjadikanmu budak dari amarah. Apakah kamu mengerti Azell?”. Bisik Silvia pada Azell yang terbawa emosi.

”Azell mengerti, Bunda. Maafkan Azell yang tidak bisa mengontrol emosi dan marah – marah di depan Bunda. Oh ya.. Azell ingin menghampiri Pap terlebih dahulu, yah..” kata Azell dengan senyum lebar.

Dalam pikirannya mungkin sudah ada serangkaian keusilan yang ingin Azell tunjukkan pada Ludius. Jiwa usil dan jahil sepertinya memang menurun sekali dari Ludius yang sejak mengenal Silvia sifat jahilnya sudah tidak bis terkontrol dan pada akhirnya menurun pada Azell.

”Azell.. apa yang akan kamu lakukan pada Papamu?”. Tanya Silvia heran, pasalnya Silvia tahu, tidak ada yang beres kalau Azell sudah memikirkan suatu hal.

”Tidak kok Bunda, Azell hanya ingin melihat Papa memasak. Bunda di sini saja yah,  Azell samperin Papa dulu..” Azell perlahan ngeloyor menghampiri Ludius yang sedang memasak di depan kompor gas.

Awalnya Azell ingin mengagetkan Ludius dari belakang, tapi sepandai apapun Azell mau melakukannya. Insting Ludius tidak bisa di remehkan. ”Ekhem Azell... apa yang akan kamu lakukan dengan mengendap – endap seperti itu di belakang Papa?”. Tanya Ludius tiba – tiba. Sontak saja Azell kaget,

Selesai sudah rencana Azell untuk mengagetkan Ludius dan sudah terbaca lebih dulu olehnya. ”Yah.. Papa tidak asik, Azell kan Cuma mau memberi kejutan pada Papa.  Tapi Papa sudah tahu duluan, tidak jadi deh.” ujar Azell ngambek.

Azell membuang wajahnya begitu Ludius menoleh ke arahnya. ”Azell ceritanya lagi ngambek nih, sama Papa. Ya sudah, nasi gorengnya Papa kasih orang lain saja untuk makan mereka.” Kata Ludius acuh balik.

Silvia yang memperhatikan dari jauh hanya bisa menggeleng – gelengkan kepala melihat kelakuan Ayah dan anak itu. ”Benar – benar deh. Kalian Ayah dan anak bagaimana bisa menunjukkan sikap dan sifat yang sama persis. Tidak ada yang berbeda sedikitpun.” Gumam Silvia.