Chapter 493 - 493. Sarapan Nasi goreng buatan Papa (1/2)
Sumpah serapah Shashuang lontarkan pada Ludius dan Silvia dengan amarah yang tidak bisa di redakan. Bagai sebuah kutukan yang tak bisa di cabut dan menjalar masuk ke dalam kehidupan Silvia dan Ludius.. Shashuang mengucapkannya tanpa bergeming sedikitpun.
Setelah mengatakan sumpah serapah itu, Ludius lalu pergi meninggalkan Mansion Lu dengan membawa kebencian yang semakin mengakar ke dalam hati terdalamnya.
”Ludius, mengapa kau harus memprovokasi Shashuang seperti tadi? dia juga wanita yang memiliki hubungan denganmu secara tidak langsung melalui Azell. Mengapa kau harus memancing amarah dan kebenciannya. Aku takut Ludius.. sumpah serapah yang di katakan Shashuang begitu mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan betapa bencinya Shashuang saat ini dengan kita”. Kata Silvia dengan perasaan cemas.
Ludius memeluk Silvia dan membiarkan kepala Silvia bersandar di dadanya. Ludius tahu bahwa kondisi emosional dari Silvia belum stabil, di tambah lagi Silvia tengah hamil, membuatnya semakiin berpikirann berlebihan tentang sikap seseorang.
”Jangan terlalu di pikirkan, Sayang. Itu hanyalah tahayul yang tidak perlu di percayai. Kamu dan kedua calon anak kita pasti akan baik – baik saja. Kita akan membangun keluarga yang harmonis di masa depan tanpa adanya masalah yang akan mengganggu kita. Karena ini adalah impian kita, aku pasti akan mewujudkanya untuk mu”.
Perkataan Ludius begitu dalam hingga membuat Silvia merasa nyaman dan takut secara bersamaan, namun meski takut dan khawatir akan masa depan, pelukan yang Ludius berikan kali ini cukup membuat Silvia merasa tenang.
”Terima kasih karena selalu membuatku merasa nyaman dan tenang, suamiku”. Kata Silvia.
Selang beberapa saat, Azell keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri suara yang cukup gaduh di ruang tamu. Dengan langkah lambat dan mata yang setengah kabur karena baru bangun tidur, Azell menghampiri kedua orang tuanya.
”Pa.. Bunda, kalian sedang apa berpelukan seperti itu? Oh ya.. bagaimana Azell bisa sampai di rumah. Setahu Azell, terakhir kali Azell berada di hutan belantara yang cukup gelap hingga membuat Azell sangat takut”. Kata Azell begitu ia berdiri di depan orang tuanya yang sedang berpelukan.
Melihat Azell sudah bangun dan kondisinya baik – baik saja membuat Silvia melepas pelukan Ludius begitu saja. Ia dengan senyum cerah menghampiri Azell dan berjongkok di depannya. Tangan Silvia refleks memeluk Azell dan memegang wajah Azell yang masih sedikit pucat.
”Azell.. Maafkan Bunda, ya Sayang. Gara – gara bunda tidak merawatmu dengan baik kamu malah jadi seperti ini. Jika saja Bunda tidak membiarkanmu pergi begitu saja, mungkin kondisi Azell tidak akan sampai seperti ini” Kata Silvia dengan rasa bersalah. Ia tidak berani mengatakan bahwa Shashuang baru saja datang dan pergi karena kelakuannya dan Ludius.
Hati Azell pasti akan terluka jika tahu Shashuang datang dan tidak menemuinya. Lebih baik tidak tahu sama sekali. Silvia dengan ramah dan penuh kasih Sayang menyambut Azell yang baru saja bangun dari tidurnya.
”Pagi ini Azell ingin sarapan pakai menu apa? Bunda akan buatkan spesial khusus buat Azell” kata Silvia menawarkan sarapan untuk putranya.
Azell yang memang baru bangun tidur sedikit malas untuk melakukan banyak hal di pagi hari. Apalagi kondisinya yamng baru saja stabil dari kejadian kemarin. ”Bunda, Azell ingin sarapan dengan nasi goreng buatan Papa.. Azell lapar.. oh ya, Azell juga ingin makan pakai tempe goreng, rendang sapi dan sop tulang iga untuk makan siangnya. Kemarin Azell ingin makan itu dan meminta pada Tante girang Bianca. Tapi sama Tante Bianca Azell tidak di kasih makanan yang Azell inginkan. Malah di bawa pergi ke resto. Azell kan jengkel, Bunda..”
Azell meski baru bangun tidur tapi sudah semangat bercerita pada Silvia kejadian yang menimpanya kemarin. Dengan lagatnya yang polos Azell menceritakan semuanya begitu pula dengan seorang pria yang mengaki menjadi sopir dan membawa Azell hingga terjebak di hutan.
Ludius dan Silvia menyimak dengan seksama apa yang di ceritakan Azall. Meski Azell berbicara layaknya anak pada umunya, namun Azell mampu menceritakannya secara runtut dan rapi. Benar- benar anak yang jenius. Tentu saja cara penyampaiannya berbeda dengan anak kecil pada umunya.
”Baiklah.. Azell.. karena Azell sudah lapar. Papa pasti mau dengan senang hati membuatkan nasi goreng untuk kita.. benarkan Papa Ludius?”, tanya Silvia setengah meledek seraya menoleh ke arah Ludius.