Chapter 480 - 480. Kecemasan seorang suami (1/2)
”Bunda!” seru Azell mendengar teriakan Ludius dari lantai atas. ”Nenek, kondisi bunda menurun. Azell ingin naik ke atas untuk melihat kondisi Bunda.” Ujar Azell pada Ibu Yuliana.
”Baiklah, ayo kita ke atas untuk melihat Bundamu. Nenek juga khawatir dengan kondisinya. Apalagi 2 hari ini dia tidak menggurus dirinya dengan baik”.
Ibu Yuliana dengan perasaan cemas membawa Azell keluar dari ruang makan untuk menuju lantai atas, tapi sebelum itu mereka berpapasan dengan Dokter Martin menghentikan langkahnya sejenak di samping Ibu Yuliana, tepatt di depan tangga saat Ibu Yuliana berbicara padanya.
”Dokter Martin, syukurlah anda sudah datang. Kondisi Silvia tiba – tiba drop saat kami sarapan bersama” Ujar Ibu Yuliana.
”Baik, saya mengerti. Nyonya Silvia terlalu keras kepala. Dua hari ini dia bahkan dengan sengaja tidak mengizinkan saya untuk datang.” Kata Dokter Martin menjelaskan.
Ia menyudahi percakapan sementara mempercepat langkahnya menuju kamar Silvia yang berada di lantai atas. Tepat di depan pintu kamar, Dokter Martin berdiri melihat Ludius dengan wajah panik duduk di samping Silvia seraya memegang telapak tangan Silvia dengan kedua tangannya.
”Permisi Tuan Lu. Biarkan saya memeriksa kondisi Silvia”. sapa Dokter Martin di penghujung pintu. Ia masuk dan meletakkan tas medisnya di meja rias.
Ludius lantas beranjakk dari sisi Silvia agar Dokter Martin memeriksa keadaan Silvia.”Baguslah kau sudah datang, kondisi istriku tiba – tiba saja drop. Apakah ini karena sel rusak dalam tubuhnya menyebar?”. Tanya Ludius menebak.
”Belum tentu juga, aku tidak bisa mendiagnosa begitu saja. Tapi di lihat dari gejalanya, mungkin saja Nyonya Silvia tidak makan dengan teratur dan terlalu stres. Apakah anda tahu Tuan Lu, dalam dua hari ini Nyonya mu menghubungiku dan melarangku untuk menemuinya. Tidak di sangka dampaknya akan seperti ini”. ujar Dokter Martin. Ia berkata dengan tegas dan dengan lirikan tajam pada Ludius.
”Ini semua salahku. Seharusnya dua hari ini aku tidak mengacuhkannya. Kau periksa saja kondisi Silvia, lakukan apapun untuk menstabilkan kondisinya”. Perintah Ludius.
”Baik, akan saya usahakan”. Dokter Martin mengambil beberapa alat medisnya dan mulai melakukan pemeriksaan pada Silvia.
Di saat keadaan genting, Ludius teringat akan satu hal mengenai Dokter Martin. Ia mengeryitkan kening dan memperhatikan setiap hal dan tingkah dari Dokter Martin. 'Tidak, apa aku salah? mengapa aku merasa sangat familiar dengan lirikan dari Dokter Martin ini? tatapannya begitu tajam seolah ingin menelan segalanya. Aku pasti pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi di mana?', batin Ludius.
Di tengah kepanikannya ia tidak bisa berpikir jernih dan tidak bisa mengingat kapan ia pernah bertemu dengan tatapan seperti itu. 'Aku harus mencaritahu lebih lanjut mengenai Dokter Martin ini. Jelas sekali aku mengenal tatapan tajam tadi. Astaga! Apa aku melewatkan sesuatu yang penting?'
Pikiran Ludius seketika kacau, namun ia lebih memilih mengesampingkan firasatnya pada Dokter Martin dan menfokuskannya pada kesembuhan Silvia.
15 menit lamanya Ludius tidak tenang di dalam kamar dengan pandangannya tidak teralihkan dari istrinya. Tidak berselang lama Dokter Martin selesai menangani Silvia, ia lalu menaruh kembali alat medis yang di gunakan untuk memeriksa kondisi Silvia.
”Bagaimana kondisi Silvia saat ini, mengapa dia sampai tidak sadarkan diri?” tanya Ludius. Ia terlihat panik dan tidak sadar bahwa dirinya terlalu berlebihan dan bertindak tidak seperti biasanya.
”Sabarlah Tuan Lu. Kau seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Apa kau sadar, ini semua karenamu. Jika saja kau tidak terlalu lama meninggalkannya, Nyonya Lu tidak akan mengalami stres berat dan mengabaikan kondisi tubuhnya”. Kata Dokter Martin yang malas menyudutkan Ludius.