Chapter 479 - 479. Hawa Pelakor Menyeruak bag2 (1/2)

Lama Silvia terdiam untuk menyeimbangkan kondisi tubuhnya, kali saja pening ini di karenakan terlalu lama duduk. ”Azell turun dulu yah, Bunda mau ke belakang sebentar” ujar Silvia pada Azell yang ada di pangkuannya.

”Sayang, kamu tidak apa – apa? Kelihatannya wajahmu sedikit pucat”. Bisik Ludius yang duduk di  sebelahnya melihat sayu mata Silvia.

”Tidak, tidak apa – apa kok, mungkin hanya kelelahan. Istirahat sebentar sepertinya juga akan baikan”. Balas Silvia dengan senyuman. Ia menurunkan Azell yang ada di pangkuannya.

”Bunda, yang di tanyakan Papa benar. Apa Bunda sedang sakit? Soalnya Azell lihat wajah Bunda juga terlihat pucat” Sahut Azell mengiyakan perkataan Ludius.

”Tuhkan, Azell saja mengiyakan perkataanku. Lebih baik aku mengantarmu ke dalam terlebih dahulu.”

”Tapi...” sela Silvia.

”Tidak ada tapi – tapian, kamu harus menurut atau aku beri hukuman!”. Ludius beranjak dari tempat duduknya dan menggendong Silvia serta membwanya keluar dari ruang makan. ”Ibu, aku harus membawa Silvia kembali ke kamar. Sepertinya dia kurang sehat hari ini” izin Ludius pada Ibu Yuliana.

”Baiklah Nak, bawa istrimu kembali kamar. Dia memang terlihat agak pucat. Mungkin karena kurang menjaga kesehatan 2 hari terakhir”.

Setelah mendapat izin dari Ibu Yuliana, Ludius membawa Silvia keluar dari ruang makan. Saat dalam gendongan Ludius kondisi Silvia semakin memburuk, kesadarannya semakin menurun. ”Ludius, kepalaku pening sekali, biarkan aku tidur sebentar ya..” kata Silvia lirih, hampir tidak terdengar oleh Ludius.

”Sayang, apa yang kamu katakan barusan? Jangan membuatku cemas istriku”. Ludius mempercepat langkahnya menuju tangga lantai atas untuk membawa Silvia kembali ke kamar. Di tengah langkahnya Ludius berteriak sekeras – kerasnya.

”Bi! Bibi Yun. Panggil Dokter Martin secepatnya! Kondisi Silvia tiba – tiba menurun”. Kata Ludius dengan keras.  Ia sudah tidak perduli dengan yang lain dan membawa Silvia ke lantai atas.

Sedangkan di ruang tamu Shashuang masih duduk di meja makan dengan Azell yang belum pergi dari tempatnya. Shashuang terlihat geram bukan main. Ia merasa Silvia sedang  mencoba memamerkan kemesrasaannya pada Ludius.

”Sialan! Brengsek sekali kau Silvia. bisa – bisanya kau memamerkan kemesraanmu dengan Ludius di depanku. Lihat saja nanti,, bagaimana aku membuat perhitungan denganmu!”. Shashuang terlihat geram, saking geramnya ia sampai menggertakkan giginya, tangannya mengepal sangat kuat seakan ingin menghajar apapun yang ada di depannya.

Ibu Yuliana yang juga masih ada di ruang tamu memperhatikan dengan seksama sikap dari Shashuang. Ibu Yuliana sendiri sebenarnya tidak suka dengan Shashuang, tapi bagaimanapun dia adalah Ibu dari Azell. Ibu Yuliana tidak bisa melakukan apapun selain diam untuk sementara waktu. Tapi mungkin saja jika Shashuang melakukan hal di luar batasnya, Ibu Yuliana juga tidak akan tinggal diam.

”Nona Shu, bagaimana sarapannya? Maaf jika makanannya tidak sesuai dengan selera anda karena makanan ini memang sederhana”. Kata Ibu Yuliana pada Shashuang dengan ramah. Beliau memang tidak ingin membuat Shashuang merasa tidak enak hati di rumah ini. sayangnya, sepertinya Shashuang beranggapan berbeda.

Shashuang sendiri membalas dengan senyuman licik. 'Kau pikir dengan mengatakan itu bisa membuatku terlihat sangat tidak cocok dengan gaya kehidupan kalian, Ibu tua! Mari aku tunjukkan bagaimana harus membeli pelajaran pada Ibu tua sepertiimu yang berani menyindirku!'. Batin Shashuang geram.

Dengan menyilangkan kedua tangannya, Shashuang berdiri di depan Ibu Yuliana. ”Bibi.. kau sangat perhatian sekali padaku, apa ini karena aku adalah Ibunya Azell? Ck ck ck.. cara seperti ini itu sudah basi untuk mengambil anak dari wanita lain. Tidak akan berpengaruh padaku, Bi! Ingatlah! Aku sering membawa Azell kemari adalah karena dia anak dari Ludius, bukan karena putrimu. Jadi jangan salahkan aku jika suatu hari nanti aku akan mengambil alih posisi istrimu menjadi istri Ludius!”. ancam Shashuang dengan perkataan kasar.

”Nona Shu, apakah Bibi telah menyinggung perasaanmu. Mengapa kau berkata seperti itu bahkan saat di depan putramu sendiri?”. Sergah Ibu Yuliana, ia tidak mengira akan mendapat perkataan seperti itu saat ia mencoba berbicara baik – baik untuk membangun kedekatan dengan Shashuang.

”Jangan sok polos Bi! Itu takkan berpengaruh padaku. Kalian anak dan Ibu sama saja! Azell. Pulang sekarang dengan Mama!”. Sentak Shashuang memaksa Azell untuk kembali bersamanya. Ia menghampiri Azell dan menyeret Azell dari kursinya paksa.

”Mah.. jangan, jangan paksa aku untuk pulang. Aku masih ingin di sini menemani Bunda Silvia. dia sedang sakit”. Ujar Azell menolak dengan tatapan dingin.