Chapter 475 - 475. Sebuah Liontin untuk hadiah istri tercinta (2/2)

”Udahlah. Percuma juga aku mau ngamuk – ngamuk kayak gimana juga Ludius nggak perduli. Cuma.. mengapa 2 hari ini dia nggak ngasih kabar coba? Memangnya dia anggap aku apaan?”.

Silvia beranjak dari kasurnya dengan sangat enggan. Untuk menyegarkan pikiran dan hatinya yang sudah tidak mood, Silvia memilih untuk mandi terlebih dahulu. ”Lebih baik mandi dulu deh, habis itu mendingan ke kantor buat cek dokumen yang sudah lama di anggurin. Ujung – ujungnya aku.. juga yang ngerjain. Dasar Ludius nyebelin!”. Silvia tidak puas – puasnya mengomel bahkan sebelum masuk kamar mandi sekalipun.

-

Di dapur Bibi Yun masih memasak berbagai macam makanan. Padahal sudah jelas hanya beberapa orang saja yang tinggal di Mansion. Tapi Bibi Yun memasak lebih banyak dari biasanya, membuat Ibu Yuliana yang melihatnya heran.

”Bi mengapa hari ini masak banyak sekali menu? Apakah akan ada tamu yang datang?” tanya Ibu Yuliana.

”Maaf Nyonya besar, sebenarnya Tuan Lu akan kembali hari ini. Tapi Tuan mengatakan untuk tidak mengatakan hal ini pada Nyonya karena Tuan akan membuat kejutan untuk Nyonya”. Ujar Bibi Yun tidak enak hati pada Ibu Yuliana karena menyembunyikan hal ini.

”Oh baiklah, aku mengerti. Aku turut senang jika menantuku kembali hari ini. Setidaknya perasaan putriku akan kembali membaik. Akhir – akhir ini sikap Silvia sudah keterlaluan dan membuatku pening”. Kata Ibu Yuliana sambil memijat keningnya.

”Sabar Nyonya besar. Nyonya muda memang selalu mempunyai cara tersendiri untuk melampiaskan isi hatinya”. Ujar Bibi Yun.

”Ku harap memang seperti itu..” kata Ibu Yuliana berharap.

-

Di ruang tamu tanpa ada yang menyadarinya, Ludius dengan memakai kemeja hitam khas dirinya dengan membawa tas kecil masuk menyusuri ruang tamu dan melewati pintu dapur dan melihat Ibu Yuliana sedang bersama Bibi Yun. Ingin sekali Ludius menyapa Ibu Yuliana, tapi hatinya sudah tidak sabar untuk bertemu Silvia.

”Sayang, akhirnya aku kembali..” gumam Ludius.

Dengan cepat ia menaiki tangga dan menuju ke kamar pengantinya. Di penghujung pintu, Ludius melihat Silvia berdiri di depan meja rias menghadap cermin sedang mengeringkan rambutnya yang basah.

”Apakah kamu merindukanku, Sayang?” tanya Ludius di ujung pintu.

Bagai sebuah mimpi mendengar suara orang yang di rindukan, Silvia menoleh ke belakang dan berdiri terpaku memandang ke arah Ludius. ”Ludius, apakah itu kamu?”. Tanya Silvia dengan menitikan air mata.

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

terlebih dari pemain pendukung seperti Ibu Yuliana, Bibi Yun, Queenza Nicol, Leerin, Zhenyi, Zack Li, dan masih banyak lagi yang belum bisa embun sebutin satu persatu.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

embun juga nggak maksa, bagi yg mau ajh. kalian udah mau baca ajh embun udah terima kasih bgt..

Salam sayang dan cinta dari EMbun Nada