Chapter 471 - 471. Mimpi Buruk (1/2)
Teriakan Ludius dari balik telefon membuyarkan pikiran Ibu Yuliana. Beliau bergegas masuk ke dalam kamar dan meletakkan ponselnya terlebih dahulu baru membangunkan putrinya.
”Silvia.. bangun Nak, ini Ibu..” seru Ibu Yuliana, ia menepuk – nepuk pelan pipi putrinya agar terbangun.
”Nak.. Bangun...” kata beliau mengulangi agar anaknya terbangun.
”Jangan.. jangan lakukan itu...!”. suara Silvia cukup keras hingga ia membuka matanya dengan paksa. ”Hufft.. Huft..” nafas Silvia seketika memburu, matanya terbelalak, dengan keringat dingin bercucuran. Ia terbangun seperti orang ling lung yang kehilangan arah.
Ibu Yuliana yang khawatir dengan kondisi putrinya langsung duduk di samping Silvia dan menyeka keringat Silvia yang bercucuran dengan handuk yang tersampir tidak jauh dari ranjang. ”Nak.. sebenarnya kamu mimpi apaan toh, kok sampai mengigau begitu?”. Tanya Ibu Yuliana.
Dengan kesadaran yang seadanya Silvia menjawab pertanyaan Ibunya, ”Entahlah Bu, begitu bangun yang ada Cuma kaget, nafasnya sesak dan mimpinya samar – samar dan nggak kelihatan.” Silvia paksakan tersenyum ke arah Ibu Yuliana. Untuk mengalihkan perhatian Ibunya, Silvia dengan manjanya menyandarkan kepalanya di pangkuan Ibunya.
”Hmmm.. pengen di manja toh.. ” ledek Ibu Yuliana, ia membelai surai rambut panjang putrinya untuk menenangkannya.
”He he he.. Ibu bisa saja.. habisnya Ibu sekarang sudah jarang manjain aku, kan. Kangen tidur di pangkuan Ibu, kalau kayak gini nyaman sekali Bu”. Ujar Silvia beralasan.
”Yo wes, Ibu temenin sebentar. Lagi pula kamu udah dewasa Nak. Kamu juga sudah bersuami. Masa iya masih ingin meminta di manjain Ibu, malu dong..”
”Habisnya menantu Ibu itu sibuk di luar kota kalau tidak luar negara, aku yang lagi hamil ini saat ingin di manja, mana bisa tiba – tiba minta suami untuk pulang dan di manja.” Silvia berbicara dengan mensungutkan bibirnya.
Namun hatinya masih merasa aneh, mimpi apa barusan yang membuatnya bahkan sampai teriak histeris? Hati Silvia masih mempertanyakannya, namun ia tidak berani mempertanyakan hal ini pada orang lain.
”Nak, sebentar lagi adalah empat bulanan kehamilanmu, kamu mau adakan syukuran di mana?” tanya Ibu Yuliana menyinggung masalah 4 bulanan Silvia yang memang tinggal 1 minggu lagi.
”He he.. aku juga tidak tahu, Bu. Menurut Ibu sebaiknya kita adakan syukurannya di mana? Apa lebih baik kita pulang ke Indo dan adakan itu di rumah serta undang anak – anak panti untuk datang?”. Kata Silvia memberi saran.
”Boleh, siangnya adakan acara santunan anak – anak panti malamnya baru undang panatua dan bapak – bapak dari majlis yang biasa Ibu datengin untuk mulai bacakan barzanji” sahut Ibu Yuliana.
”Jadi kita kembali ke Indonesia kapan dong, Bu? Di tambah lagi Ludius entah kapan dia pulangnya. Apa kita kembali dulu ke Indo dan biarkan Ludius menyusul nantinya?”. Celetuk Silvia yang buntu memikirkan Ludius yang lama tinggal di Hardland.
”Hustt.. mana boleh seperti itu. Kalau kamu mau kembali ke Indonesia ya harus bersama suamimu, Nak. Kalau kamu pulang sendiri itu bisa jadi gunjingan orang. Lebih baik tunggu suamimu pulang dulu saja. Yakinlah, dia pasti pulang tepat waktu”.
”Ya.. aku harap semua yang di pikirkan Ibu benar. Dia tidak akan melupakannya dan bisa kembali tepat waktu”.
Silvia terlihat begitu murung, ia seolah pesimis dengan memikirkan Ludius akan pulang tepat waktu. Di lihat dari posisi manapun tidak ada alasan untuk Ludius pulang selagi dia tidak mengingat acara ini.
Di saat pembicaraan Ibu Yuliana dan Silvia berlangsung, tanpa sadar Ludius mendengar percakapan mereka karena pada waktu Ibu Yuliana panik, beliau lupa mematikan panggilannya dan secara tidak langsung Ludius mendengar semua percakapan mereka.
***
#Istana Leozard, Ibu Kota Lorand Kerajaan Hardland.
Petang ini Ludius menghubungi Ibu Yuliana untuk mengetahui keadaan Silvia dari sudut pandang beliau sang Ibu mertua. Namun ketika Ludius baru memulai percakapan dengan Ibu mertuanya, ia tersentak kaget mendengar suara keras dari balik telefon.