Chapter 455 - 455. Kesempatan. Jika saja perasaan ini pernah ada untukmu (1/2)
'Ada apa denganku. Mengapa aku bisa seperti ini? Bukankah pria yang aku suka adalah Lian lian yang membuatku terpesona pada pandangan pertama. Lalu perasaan apa yang sedang ku rasakan saat ini pada Wangchu?',
Akal sehat dan bagian hati terdalam dari Putri Nadia seakan memberontak dan saling mempertanyakan hal ini. Perasaan Putri Nadia setengah sakit hati jika memikirkan apa yang di rasakannya saat ini.
Bagian mana dariku yang benar – benar mencintai seseorang?
Apakah ini hanya perasaan singgah sesaat karena mendengar kata – kata manisnya?
Atau akankah perasaan yang aku rasakan pada Lian lian selama ini salah?
Pertanyaan ini akhirnya keluar juga dari dalam palung perasaan Nadia yang paling dalam. Mempertanyaan pada diri sendiri mana yang harus di percaya, membuat Putri Nadia seakan kehilangan arah.
”Cukup Wangchu. Jangan kamu teruskan lagi kata – kata manismu. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Itu terlalu manis untukku dengar”. Nadia minta Wangchu untuk menghentikan perkataannya.
Tangan Nadia terkatup di depan dadanya seolah sedang menjaga apa yang ada di dalamnya, ia memandang Wangchu dengan wajah sendu. Kedua mata beningnya bahkan terlihat sayu, membuat Wangchu yang melihatnya menjadi tidak tega.
”Maafkan atas perkataanku Nadia. Tidak seharusnya aku mengatakan itu untuk saat ini dan membuatmu menjadi bingung. Aku tidak akan memaksamu lagi..” kata Wangchu seraya memeluk Putri Nadia dan menyandarkan kepala Nadia di dada bidangnya.
”…”
Nadia tidak langsung menjawab perkataan Wangchu. Ia lebih memilih diam untuk sementara waktu dan menenangkan perasaannya yang berkecamuk.
'Aku, Wangchu, sang kolektor wanita.. mengapa aku bisa merasakan perasaan segila ini pada wanita?! Kau telah membuatku seperti ini Putri Nadia. Ingin sekali ku buat kau takluk. Tapi melihat sayunya wajahmu dan menghilangkan semua ke imutan dari seorang Nadia, membuatku tidak sanggup untuk melakukan itu padamu.
Di tengah keharuan yang di rasakan Wangchu dan Putri Nadia. Mereka tanpa sadar telat menyita banyak perhatian orang yang ada di sekitarnya. Bagi para jomblo seperti Zhenyi dan Zack Li hanya bisa diam dan acuh seolah tidak melihat hal mengharukan itu.
Hal lain yang tidak habis di pikir adalah kedatangan sebuah mobil BMW hitam dari arah pinu gerbang Mansion. Masih belum kelihatan siapa yang datang, tapi jelas hal ini akan menambah lengkap sebuah jalan cerita sore menjelang senja ini.
Karena hal itu bukan yang pertama kalinya untuk mereka kedatangan tamu, kali ini mereka agak menghiraukannya. Tapi dasar nasib dan Takdir memang saling bersahutan, mobil tersebut sudah terparkir dan keluarlah 2 orang yang di kenal dan berjalan menghampiri halaman samping mansion.
Pria dengan pakaian kasual dengan wanita mengenakan dress ¾ saling bergandengan tangan dan menyapa orang – orang yang sedang menikmati makanan sambil duduk bersantai.
”Ehm… Sore semua, maaf atas keterlambatan saya. Adik ipar, terima kasih karena sudah mengundang Kakak kemari”. Sapa Kakak Lian pada semua orang yang saat ini sedang menikmati barbeque yang mereka masak sendiri.
Dengan senang hati Silvia menghampiri Kakak Lian dan wanita yang bersamanya. Wanita tersebut tidak lain adalah Huan Xian, yang menjadi jodoh sebenarnya dari Ludius. Jika memang wasiat itu benar adanya.
Tapi sampai saat ini Silvia dan Ludius sepertinya belum mengetahuinya karena memang Kakak Lian sengaja menyembunyikannya dari mereka.
”Sore kakak ipar dan Kakak Huan, kalian datangnya terlambat. Hampir saja kita habiskan semua makanannya.” Sapa balik Silvia, ia menyambut baik kedatangan Kakak Lian, tanpa mengetahui bahwa wanita yang ada di sampingnya bisa kapan saja merebut posisinya.
”Halo Silvia, ini kedua kalinya kita bertemu. Aku senang kamu mengundang kami untuk datang kemari. Oh ya, aku tidak melihat Tuan Lu, di mana dia saat ini?”. Tanya Huan xian, ia mengeryitkan keningnya seraya melihat ke sekeliling.
Kakak Lian yang melihat kelancangan dari Huan xian langsung menghentikannya dengan menekan sedikit pergelangan tangannya. ”Huan, bisa tidak, kau tidak membuat keributan disini!”. Seru Kakak Lian dengan berbisik memperingatkan Huan yang ada di sampingnya.
”Maafkan aku Tuan Lian, aku hanya sedang mencari tunanganku. Apa itu salah?”. Balas Huan xian dengan berbisik. ”Lepaskan tanganku, Tuan Lian!”. Ia melirik tajam pada Lian lian dan menarik paksa pergelangan tangan yang senjaga Lian lian cekal dengan erat.