Chapter 454 - 454. Kesempatan. Rasa ini yang coba ku gapai (1/2)

”Bukan urusanmu Tuan Daniel Qin! Lagi pula siapa yang memberimu undangan dan hak untuk datang kemari. Jangan pernah melakukan hal apapun jika pada akhirnya itu hanya untuk ambisimu saja. Aku tidak butuh belas kasihanmu”. Tandas Silvia, ia sudah harus pergi dan menyingkir dari pria bernama Daniel Qin itu.

Bagi Silvia, Daniel Qin bagai bom waktu yang kapan saja bisa meledak tanpa bisa diprediksi apa yang di inginkan sebenarnya. Bukankah menjauh dan tidak memiliki perantara untuk berhubungan apapun dengannya itu adalah hal yang  terbaik?!

Dengan sigap Daniel Qin mencekal lengan Silvia, membuat Silvia tidak bisa pergi begitu saja dari genggamannya. Daniel memang mencekal lengan Silvia, dan caranya juga terlihat kasar. Tapi sebenarnya dia tidak seburuk itu setelah Silvia memaksa untuk melepaskannya.

”Lepaskan tanganku Tuan Daniel. Apa kau ingin aku berteriak agar semua orang tahu apa yang kamu lakukan padaku?”. Kata Silvia dengan nada kasar.

”Aku akan melepaskannya, tapi aku tidak menginzinkanmu untuk pergi dari sisiku selama aku ada di sampingmu.” Katanya dengan tatapan datar tanpa ekspresi sedih, marah ataupun jengkel. Wajahnya benar – benar terlihat sangat tenang tanpa beban.

Sungguh menyebalkan bukan, melihat wajah datar seperti itu. Apalagi itu di tunjukkan oleh orang jenius seperti Daniel!!

Silvia membalikkan badan, dengan kasar ia melepas paksa cekalan Daniel dan menghempaskannya. ”Jaga sikapmu Tuan Daniel Qin! Perlakuanmu kali ini bisa mengundang keributan yang tidak perlu!”, sentak Silvia pada Daniel Qin.

Silvia dengan sangat jelas menunjukkan ketidak sukaannya pada Daniel Qin. Tapi lihatlah.. Daniel Qin justru tersenyum simpul mendapat kemarahan dari Silvia. ”Silvia.. Apa kau tahu saat pertama kali kita bertemu secara tidak sengaja? Saat itu kau dengan sangat ramah menyapu. Tapi mengapa kau sekarang menunjukkan hal yang sebaliknya?”. tanya Daniel Qin menyerang balik Silvia dengan pertanyaan – pertanyaan  yang memojokkan Silvia.

”Dulu karena aku menghormati orang yang tidak ku kenal. Namun saat ini aku menyesal mengapa dulu memberi keramahan padamu. Sudahlah.. ini bukan hal yang patut di kenang juga. Lagi pula kita tidak sedekat itu”.'

”Apakah kau percaya, jika aku bisa saja membawamu paksa pergi dari sini tanpa ada orang yang menyadarinya?”.

”Aku percaya akan hal itu, karena kau orang yang tenang dengan ambisi terselubung. Entah rahasia apa yang kau sembunyikan, tapi itu tidak ada urusannya denganku!”.

Silvia yang saat itu sedang berada agak jauh dari halaman samping tempat teman – teman kumpul bareng, tidak menyangka akan ada hal di mana hidup dan dirinya berada di tangan orang lain selain Ludius.

Keramaian di halaman samping mansion bahkan tidak bisa menjamin untuk Silvia terbebas dari Daniel. Justru yang ada menjadi kesempatan emas bagi Daniel jika dia memang nekad ingin membawa Silvia pergi.

Daniel sendiri mungkiin jauh di dalam hatinya sudah terbesit untuk membawa pergi Silvia dari mansion ini. Sudah lama hati dan akal sehatnya menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tapi saat ini, sepertinya adalah waktu yang tepat untuk melakukannya.

”Silvia, bisa tidak kau jangan memancing amarahku. Jujur aku tidak ingin berlaku kasar padamu.” Daniel mundur beberapa langkah seraya menundukkan kepala. Ia sepertinya sedang memikirkan hal selanjutnya.

Silvia masih diam menunggu kata – kata Daniel Qin selanjutnya. Rasanya ini seperti sebuah nyawa berharga miliknya sedang ada di tangan pria sepertinya.

Setelah diam beberapa saat, Daniiel melihat kembali ke arah Silvia, ”Karena ini baru awal dari kesendirianmu tanpa adanya Ludius, aku akan melepasmu untuk sementara waktu. Anggap saja ini sebagai salam pembuka untuk Ludius sebelum aku benar – benar mengambil dirimu darinya”.

Setelah mengatakan  hal itu, Daniel Qin dengan gayanya yang tenang memasukkan tangan kanannya ke saku celana dan berjalan dengan auranya yang khas pergi dari hadapan Silvia bahkan menjauh dari halaman samping mansion. Mungkin saja ia memang berniat meninggalkan mansion.

Setelah kepergian Daniel, Silvia yang sejak tadi merasa tertekan menghela napas lega. ”Hufft.. Ya Tuhan.. sebenarnya apa yang Engkau rencanakan dengan hidupku? Bagaimana bisa aku secara tidak langsung terjerat oleh pria seperti Daniel Qin?”.

Setelah kepergian Daniel Qin, Silvia berharap acara kali ini tidak ada halangan lagi atau hal yang membuat moodnya menjadi memburuk. Memikirkannya saja sudah membuat kepala terasa sakit.

Iya kembali ke tempat kumpul – kumpul mereka, di sana ternyata sudah semakin riuh dan ramai dengan celetukan dan candaan dari pasangan Ling ling dan senior Bryan. Yang ngenez itu para pria yang datang sebagai bawahan Wangchu dan di tungaskan untuk menjadi penjaga Silvia.