Chapter 445 - 445. Pemeriksaan Kondisi Sementara (2/2)
[”Terima kasih Nak sudah melakukan yang terbaik untuk Silvia. Dari dulu dia selalu mencoba mencari tahu kebenaran dari pesan terakhir almarhum Ayahnya, tapi Ibu memang selalu menutupinya karena ini berhubungan dengan hidup Silvia. Jika dia tahu lebih banyak, nyawanya sampai kapanpun akan terus terancam”]
[”Ibu tenang saja, saya akan melakukan yang terbaik untuk Silvia. Saya menelfon sebenarnya ingin menanyakan sesuatu. Saya dengar kondisi Silvia tiba – tiba memburuk, lalu bagaimana koondisinya saat ini Bu?”].
Pertanyaan Ludius terdengar serius dan tanggap, hal ini membuat Ibu Yuliana heran. 'Dari mana Ludius tahu kondisi Silvia yang memburuk? Perasaan, di rumah ini belum ada yang memberitahunya?!'. Batin Ibu Yuliana.
[”Ibu tidak perlu bingung dengan hal ini. Ada salah satu orang rumah yang selalu memberitahu saya semua yang terjadi di mansion. Mengenai kondisi Silvia, saya meminta maaf karena tidak bisa berada di sisinya untuk saat ini..”] terdengar suara penyesalan di setiap perkataan Ludius.
[Nak Ludius tidak perlu khawatir, sudah ada Dokter Martin yang akan menangani kondisi Silvia saat ini. Lagi pula ada banyak teman yang nanti akan kemari untuk menemani keseharian Silvia. Mereka benar – benar teman yang bisa di andalkan”]
[”Ibu benar, terima kasih untuk semuanya. Saya jadi bisa tenang jika sudah ada Ibu di sisi Silvia. Kalau begitu saya tutup telefonnya, masih ada urusan yang harus saya selesaikan..”]
[”Baiklah, jaga dirimu baik – baik Nak.. Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian”]
Tut tut tut.
Di penghujung teleponnya, Ibu Yuliana meneteskan air mata. Jujur saja Ibu Yuliana sebenarnya sedih melihat keadaan putrinya sekarang ini. Dari dulu Ibu Yuliana merasa belum bisa memberikan kebahagian bagi Putrinya. Tapi kembali lagi, takdir seseorang sudah di atur sang Pencipta. Ibu Yuliana hanya bisa mencoba yang terbaik untuk putrinya meski harus menyimpan rapat – rapat kebenaran selama 20 tahun belakangan ini.
'Putriku Silvia.. setelah sekian lama akhirnya sampai juga pada masa ini. Di mana orang – orang akan mengejarmu dan membuat keamananmu semakin terancam. Inilah mengapa Ibu selalu menutupi hal ini darimu. Ibu hanya ingin kamu hidup tenang dan menjalani kehidupan dengan normal tanpa ada yang mengancam nyawamu. Tapi sepertinya hal ini sudah menjadi takdirmu, agar kamu menghadapi semua ini.. maafkan Ibu..'. batin Ibu Yuliana, tidak terasa sudut matanya basah oleh linangan air mata yang membasahi sudut matanya.
-
Di ruang kamar Silvia berada, Dokter Martin baru saja selesai memeriksa Silvia. Ia sedang membenahi kembali semua alat medis yang baru saja di gunakan. ”Nyonya Lu, sebaiknya anda lebih memperhatikan emosi untuk kedepannya. Karena emosi anda sangat berpengaruh terhadap sistem dalam tubuh dan peredaran darah dalam tubuh anda menjadi tidak stabil”. Kata Dokter Martin memperingatkan.
Silvia saat ini masih berbaring dengan memperhatikan Dokter Martin yang sedang duduk di sampingnya. Sekilas Silvia merasa tidak asing dengan sikap yang Dokter Martin tunjukkan, tapi sejenak perasaan itu hilang.
'Sebenarnya siapa Dokter Martin ini? mengapa aku seperti pernah melihat bahkan mengenalnya, tapi di mana? Apa ini hanya perasaanku saja?'. Batin Silvia, ia terus memperhatikan Dokter Martin sampai orang yang di perhatikannya rupanya menyadarinya.
”Nyonya Lu, apa ada yang salah dengan saya? Mengapa anda terus memperhatikan saya?”. Tanya Dokter Martin. Ia dengan santainya duduk di sampaing Silvia.