Chapter 446 - 446. Kecurigaan yang mendasar (1/2)
”Nyonya Lu, apa ada yang salah dengan saya? Mengapa anda terus memperhatikan saya?”. Tanya Dokter Martin. Ia dengan tenang duduk di samping Silvia.
”Tidak, tidak ada apapun. Hanya saja sekilas aku merasa pernah mengenal anda. Tapi, lupakan! Aku sudah baik – baik saja, bisa kamu keluar sekarang?!”. Kata Silvia mempertegas hal ini agar tidak ada salah paham jika ada orang yang melihat mereka.
”Apakah anda sedang menghindari saya hanya karena saya terlihat seperti orang yang anda kenal?”. Tanya Dokter Martin dengan ambigu, ia mendekatkan dirinya tepat di depan Silvia hingga kedua mata mereka salling bertemu.
Memandang satu sama lain, membuat perasaan familiar itu semakin terasa bagi Silvia. 'Tidak! Ini tidak benar. Jelas tatapan mata ini seperti milik seseorang, tapi mengapa aku tidak bisa mengingatnya.. terlebih lagi wajahnya memang baru pertama kali aku lihat. Apa mungkin itu hanya halusinasiku saja?'. Batin Silvia. Ia terus memperhatikan dua bola mata yang sedang memandangnya intens.
Menyadari dirinya sudah dalam posisi begitu dekat dengan Dokter Martin, Silvia kembali menatap tajam mata di depannya. ”Dokter Martin.. Apa seperti ini caramu memperlakukan pasien?! Bukankah ini sudah melewati batasmu!”. Kata Silvia mempertegas kembali keadaan mereka.
”Saya hanya sedang memperhatikan keadaan anda Nyonya Lu. Sekarang katakan, apakah di area rahim masih terasa sakit dan nyeri? Tadi saya sudah memberikan penghilang rasa sakit dengan dosis kecil” Perlahan Dokter Martin mundur dari hadapan Silvia dan kembali duduk dengan tenang. ”Untuk ke depannya, anda harus melakukan perawatan intensif demi kesembuhan rahim anda, Nyonya Lu.. karena jika di biarkan berlarut – larut, di khawatirkan akan berdampak buruk pada keselamatan anda dan janin yang ada dalam rahim anda” sambung Dokter Martin.
Berbicara dengan santai, mimik wajah yang tenang, dan tidak menunjukkan sedikitpun celah untuk orang lain curiga. Tentu saja tidak akan ada orang biasa yang menyadari hal ini. Hanya saja yang membuat Silvia bingung adalah, apa tujuan sebenarnya dari orang yang bernama Dokter Martin?! Mengapa dia terus mengganggu Silvia dengan sikap nya yang terkesan tidak jelas.
'Tidak mungkin kan, kalau alasannya hanya sedang mencari perhatian dariku? Dia pria berwajah tenang, tapi bisa melakukan hal seperti ini. Langkahnya sangat hati – hati dalam menarik perhatianku, dia tidak memaksakan keadaan tapi sudah jelas dia sedang mencari perhatianku. Sebenarnya ada apa ini?!'.
”Terima kasih atas perhatianmu, Dokter Martin. Tapi untuk keadaan ini, aku harap kamu tidak mengatakannya pada siapapun. Aku akan melakukan pemeriksaan rutin seperti yang di jadwalkan.” Silvia mengalihkan pandangannya, ia sama sekali tidak ingin membuat kesan dengan pria yang ada di depannya meski dia adalah seorang Dokter sekalipun.
Dokter Martin masih duduk tenang di samping Silvia meski ia tahu jelas sikap acuh yang di tunjukkan Silvia padanya. ”Anda tahu dengan pasti Nyonya Lu, keadaan anda tidak dalam keadaan baik – baik saja?!”. Dokter Martin melihat Silvia dengan tatapan aneh. ”Saya dengar ada orang yang sedang mengambangkan teknologi terbaru dalam bidang kesehatan dan pernah menawarkan Nyonya untuk mencoba pengobatannya. Mengapa tidak anda ambil Nyonya?”.
Seketika Silvia tercengang, ia membelalakkan matanya mendengar pertanyaan yang Dokter Martin lontarkan, ia semakin menaruh rasa curiga dengan Dokter Martin apalagi setelah mendengar kakta – katanya barusan.
”Katakan, siapa kau sebenarnya! Mengapa hal serahasia ini pun kamu mengetahuinya?!”. Sentak Silvia. Ia perlahan mundur dari sisi Dokter Martin hingga berada di pojok kasur dengan perasaan was – was.
”Jangan takut Nyonya Lu, aku tidak akan menyakitimu.” Melihat ekspresi takut dan ke khawatiran yang di tunjukkan Silvia membuat Dokter Martin yang selalu menampakkan ketenangan tersenyum seringai.
Ia perlahan mendekati Silvia yang terus mencoba menjaga jarak dan tahu pasti bahwa tidak akan ada tempat untuk Silvia kabur. Meski wajahnya selalu menunjukkan ketenangan, Silvia nampak menyadari ada perubahan di mimik wajah Dokter Martin. Tepat di depan Silvia Dokter Martin kembali memperhatikan wajah dan sikap Silvia dengan heran,