Chapter 391 - 391. (2/2)

Bibi Yun  yang mendengar seruan Silvia langsung menghampirinya dengan tergesa-gesa. ”Nyonya, hati-hati jalannya. Ingat, Nyonya sedang mengandung. Kalau Tuan tahu, saya bisa kena omel nanti..” kata Bibi Yun, ia berbicara dengan wajah cemas melihat Silvia yang selalu melakukan apapun dengan tidak hati-hati. Cukup ceroboh memang...

”Aku hanya ingin menanyakan ini, Bi?”. Katanya sambil menunjukkan dress biru laut pada Bibi Yun.

”Dress itu Tuan sendiri yang menyiapkannya. Tuan mengatakan akan membawa Nyonya jalan-jalan pagi ini.”

”Kalau mau menjemputku, mengapa dia sepagi ini sudah menghilang. Hufft.. kebiasaan deh.” keluh Silvia,

”Tuan pergi sepagi ini untuk menjemput Tuan Muda Azell agar bisa ikut bersama.”

Wajah Silvia langsung terlihat cerah, terlihat binar-binar kegembiraan di matanya. ”Benarkah? Ludius bilang begitu. Azell, aku sudah merindukan anak songong itu. Hmm.. baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu. Tidak biasanya aku bangun kesiangan”.

Silvia melihat jam dinding yang cukup besar, dan jarum sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. ”Hah, sudah jam 06.00 pagi, Ludius!! Mengapa kau tidak membangunkanku. Argghh..” teriak Silvia histeris. Ia mempercepat menaiki tangga kembali untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk kejutan dari Ludius.

Dalam setiap hal yang di lakukan, entah itu mandi, memakai dress atau me make up diri. Pikiran Silvia melayang, memikirkan kejutan apa yang akan Ludius berikan padanya kali ini.

'Arrgh.. kira-kira kejutan apa yang akan Ludius siapkan yah? Mengapa aku gembira sekali hanya karena menunggu kejuutan dari Ludius. Ingat Silvia.. kamu sudah bukan anak kecil lagi.' Batin Silvia memperingatkan dirinya sendiri.

Saat ini Sivia sedang duduk di depan meja rias, dengan tubuh berbalut dress yang sudah di siapkan Ludius. Bahannya sangat lembut dan tidak gerah di tubuh. Dress dengan bahas berkualitas tinggi seperti ini, mungkin di taksir dengan harga sekitar 1 jt RMB.

”Suamiku ini, menyiapkan dress saja yang harganya tidak main-main. Kalau seperti ini kan aku keingat sama anak-anak di panti. Sudah lama aku tidak mengunjungi panti dengan Ludius..” gumam Silvia, ia selesai memakai make upnya.

Silvia berdiri, kursi tempatnya duduk ia mundurkan. Di depan cermin Silvia melihat penampilan dirinya sendiri, memutar ke kanan dan kekiri. ”Apakah ini sudah pantas?”. Pikir Silvia.

Dari balik pintu Ludius masuk ke kamar tanpa bersuara dan langsung mendekap Silvia dari belakang. ”Kamu cantik sekali Sayang. Aku jadi tidak rela memperlihatkan kecantikanmu pada orang lain.” Puji Ludius, ia menyandarkan kepalanya di atas pundak Silvia, sambil melihat penampilan Silvia di cermin.

”Ludius! Bisa tidak kalau mau masuk ketuk pintu dulu. main selonong saja. Itu tidak boleh.” Tegur Silvia.

”Untuk apa aku mengetuk pintu? Lagian ini juga kamarku. Tapi kamu benar-benar cantik, Sayang.” Puji Ludius kembali, ia mencium pipi kanan Silvia, membuat hati Silvia kembang kempis dipagi hari.

Wajahnya merah merona, ia tidak tahu bagaimana harus menyembunyikan wajahnya saat ini. ”Ini masih pagi, simpan dulu gombal recehmu, suamiku.” Tukas Silvia.

”Masih saja istriku ini bermulut pedas. Kamu sudah cantik sayang, kita berangkat sekarang?”. Tanya Ludius mengingatkan.

”Memang kita mau kemana, suamiku? Kau tidak akan membawaku ke tempat aneh-aneh, kan?”. Silvia melirik ke arah Ludius. Lirikan Silvia bahkan terlihat seksi dimata Ludius.