Chapter 387 - 387. Sentuhan Malam (2/2)

Wajah Silvia seketika memerah menahan malu, detak jantungnya berdetak tak karuan meski ini bukan pertama kalinya ia mendengar kata-kata nakal dari suami usilnya. 'Arggh.. kondisikan hatiku, Tuhan. Bagaimana bisa aku segugup ini hanya mendengar kata-kata usil Ludius. Inikan bukan yang pertama kalinya?'. Batin Silvia, ia langsung mengalihkan pandangannya kearah yang sebaliknya.

Ludius yang menyadari sepenuhnya perasaan dan tingkah Silvia, hanya bisa tersenyum dan mencium begitu saja istrinya tanpa menunggu jawaban Silvia.

Ciuman lembut yang Ludius berikan dengan perlahan Silvia menikmatinya, hanya saja wangi tubuh Ludius yang khas tertutupi oleh bau darah yang cukup menyengat.

Ingin sekali Silvia menanyakan apa yang sudah Ludius lakukan hingga kemejanya berlumuran darah, tapi itu terlalu sulit.

Sedikit lumatan lembut Ludius dan sentuhan tangan Ludius yang saat ini berada di pinggang seksi Silvia membuat Silvia sedikit berjingkat.

”Pfft..” desah Silvia.

Ludius yang merasa nafas Silvia mulai tersengal melepas tautan ciumannya dan senyum nakal tersungging di bibirnya. ”Apakah ini sudah cukup untuk menebus satu kesalahanku, Sayang? Atau perlu aku berikan sentuhan malam sebagai penutupnya?” kata Ludius dengan usilnya.

Wajah Silvia saat itu benar-benar terlihat jutek, ia memandang Ludius dengan kasar, ”Stop! Ini sudah larut malam. Jangan ngomong yang aneh-aneh deh. Menangnya siapa juga yang mau di beri sentuhan malam. Lagian memang kamu sendiri tahu apa itu sentuhan malam!”. Tantang Silvia, sampai ia memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya pada Ludius.

”Oh.. kamu mempertanyakan apa itu sentuhan malam, Sayang? Bukankah kamu lebih tahu akan hal ini? Apakah aku harus memberitahu langsung dengan praktiknya?”. Tanya balik Ludius dengan senyum jahilnya, menjawab tantangan istrinya.

”Suamiku! Apakah kamu bermuka tebal? Bagaimana bisa kamu mengatakan itu secara terang-terangan?”. Ujar Silvia mengelak. Wajahnya semakin memerah, membuat Ludius semakin ingin meledek istri tsunderenya.

Ludius menarik pinggang Silvia hingga Silvia merubah posisinya menjadi duduk di atas pangkuan Ludius yang sedang bersandar di dinding kasur. ”Tentu saja bisa, karena aku adalah suamimu.” Jawab Ludius singkat dengan mata melirik ke arah tubuh seksi istrinya meski tengah mengandung 3 bulan,

”Apa yang kamu lihat!”. Tegur Silvia, ia langsung menyilangkan kedua tangannya menutupi dadanya.

”Sayang, untuk apa kamu menutupinya dariku? Bukankah aku sudah melihat semuanya, tidak ada satupun yang suamimu ini lewatkan. Jadi untuk apa merasa malu?” kata Ludius masih dengan kejahilannya.

Perkataan Ludius yang semakin ngelunjak membuat Silvia semakin tidak bisa mengendalikan dadanya yang bergemruuh tak menentu. Ia melirik Ludius tajam dan menunjukkan kalau dia sedang MARAH!.

Tapi sepertinya itu tidak berhasil. ”Baik, baiklah Sayang, aku takkan menggodamu lagi. Jangan pasang wajah mengerikanmu padaku baby.. aku tidak tahan melihatnya, bisa-bisa aku memakanmu saat ini juga.”

”Makan! Memangnya aku apaan.” Silvia memaksa pindah dari sisi Ludius dan kembali berbaring dengan posisi membelakangi Ludius. ”Aku mau tidur, jangan ganggu deh. selamat malam!” kata Silvia ketus, ia menarik selimutnya menutupi semua tubuh dan wajahnya.