Chapter 387 - 387. Sentuhan Malam (1/2)
Dari awal memang sulit menyembunyikan semuanya dari istrinya, Ludius sudah tahu ini pasti akan terjadi. Ia berbalik arah dan melebarkan senyum di depan istrinya. ”Malam Sayang..” sapa Ludius, ia duduk di atas ranjang di samping Silvia.
Setelah memergokis suaminya yang baru kembali pada tengah larut malam, Silvia berbalik arah dan kini ia sudah berbaring melihat ke arah suami nakalnya. ”Ayo katakan, mengapa kamu baru kembali, suamiku? Mengapa kemeja hitammu bersimbah darah. Apakah kamu terluka?”. Tanya Silvia menanyakannya kembali untuk kedua kalinya.
Ia beranjak dari tidurnya dan duduk menghadap tepat didepan suaminya dengan mensungutkan bibirnya, matanya melirik kearah lain, seolah mengabaikan suaminya yang kelayaban malam.
”Jangan marah dong Sayang, aku bisa jelaskan semuanya. Tapi sebelum itu, boleh aku memelukmu sebentar?”. Ujar Ludius dengan tatapan mata sayu, ia terlihat tidak baik-baik saja.
Silvia yang melihat keadaan Ludius membuat perasaannya menjadi cemas. Dalam fikiran Silvia, Mungkin kondisi Ludius memang belum pulih dan memaksakan diri dengan pertempuran membuatnya kehilangan banyak tenaga.
Ludius langsung memeluk Silvia, membenamkan kepalanya di sela leher jenjang Silvia. Menyandarkan kepalanya yan terasa berat dirasa, melepaskan rasa lelah yang tertahan di pundaknya. Silvia yang mendapat pelukan tiba-tiba suaminya membuatnya bingung..
'Ada apa dengan suamiku, tidak biasanya dia seperti ini? Apakah telah terjadi sesuatu padanya?'. Batin Silvia.
Merasa di butuhkan oleh suaminya ketika dalam keadaan terpuruk membuat Silvia merasa bahagia. Setidaknya ada yang bisa dilakukan olehnya untuk bisa menenangkan hati dan kegundahan suaminya. Ia mendekap balik Ludius dengan pennuh kehangatan.
”Jika ingin memelukku, peluk saja suamiku. Bersandarlah jika itu memang bisa membuatmu merasa lebih nyaman. Tapi aku masih belum bisa menerima kamu pergi begitu saja tanpa memberitahuku, terlebih lagi kembali ke rumah dalam keadaan bersimbah darah. Itu membuatku takut, suamiku..” kata Silvia. Ia masih menunggu kata-kata Ludius, tapi tidak ada satu katapun keluar dari suami usil dan nakalnya.
'Aku hanya takut kehilanganmu, Sayang.. sulit sekali mulut ini untuk berbicara. Dua hari lagi aku akan pergi ke Kerajaan Hardland demi membuktikan perkataan Pangeran brengsek itu. Demi mencari kebenaran tentang dirimu, dan mencari jawaban dari ancaman dari surat Dark Phantom tentang kau adalah tunangan leluhurnya. Sampai kapanpun, aku takkan rela kau menjadi milik orang lain, tidak Zain, Julian, Lithian, Hanson atau Pangeran Richard sekalipun. Hanya aku, yang berhak menjadi suamimu sampai maut memisahkan kita.'
”...”
Ludius hanya bisa mengatakan semuanya dalam hatinya, ia tidak sanggup untuk mengatakan meninggalkan istrinya meski itu sementara waktu. Dan sebelum itu, Ludius sudah memikirkan untuk berlibur bersama Silvia dan Azell besok. Meski Ludius belum memikirkan bagaimana harus menyingkirkan Shashuang jika wanita licik itu tahu ia akan mengajak Silvia dan Azell berlibur bersama.
Setelah Ludius lama memeluk istrinya, ia melapas pelukannya. Kedua tangannya menyentuh wajah istrinya, memandang kedua mata bening dan teduh istrinya. ”Maafkan aku, Sayang.. aku tahu aku salah. bisa kamu maafkan aku, Sayang?”. Bujuk Ludius sambil mencubit kedua pipi tembem Silvia. Mungkin itu karena bawaan hamil, makanya Silvia terlihat lebih gemukan.
”Hnng.. lagu lama! Sudah kebal tuh, sama bujukan receh mu!”. Ujar Silvia mengejek dengan perkataannya yang pedas.
Dalam hati Ludius tersenyum kecut. 'Ya ampun, istriku kenapa masih saja bermulut pedas? Sayang dia bermulut pedas hanya padaku? Ini tidak adil..'
Ludius mendekatkan wajahnya ke telinga Silvia, ia tersenyum jahil dengan berbisik sesutau yang membuat istrinya merinding. ”Baiklah, aku harus bagaimana agar kamu memaafkan aku, Sayang? Haruskah dengan sebuah ciuman dan sedikit sentuhan malam?”.