Chapter 380 - 380. Club De Luxe (2/2)

”Mulutmu pedas juga! Aku sudah biasa memakainya. Hanya saja aku tidak tahu mengapa malam ini aku bisa terjatuh. Memalukan.” Gerutu Bianca.

Secepatnya Zain melepas Bianca dari sisinya. Dan segera memakaikan topengnya.

Orang yang mencuri pose foto Zain dan Bianca sepertinya orang profesional. Ia mampu mengambil pose-pose yang cukup bagus dari jarak jauh dan dalam kegelapan tanpa di sadari mereka.

”Topengmu sudah terpakai, bisa kita berangkat sekarang?” tanya Zain, ia langsung berbalik arah menuju mobil tanpa menunggu  jawaban Bianca.

”Kau terlalu kaku sebagai pria! Bagaimana kita bisa menjadi pasangan malam gelap kalau seperti ini?” ejek Bianca.

Tidak menyahut ejekan Bianca, Zain langsung membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan masuk. Mereka masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan ke lelang gelap di Club De Luxe.

-

Setibanya di depan gedung besar, mobil Zain dan pengawal yang ada di belakangnya berhenti di tempat parkir yang tidak jauh dari pintu masuk club. Zain keluar dan membukakan pintu samping.

Seperti biasa, Bianca keluar dengan anggun. Ia menerima uluran tangan Zain dan bergandengan tangan menuju pintu masuk cllub di ikuti dua ajudan mereka memasuki ruang casino di teruskan ke lantai khusus untuk lelang gelap.

Sampainya di depan pintu akses ke lelang gelap mereka di cegat.

”Berhenti! Tunjukkan kartu identitas anda!”cegat salah satu orang yang berjaga di pintu masuk.

Langkah Zain dan Bianca terhenti, Zain mengambil kartu akses masuk yang berada dalam sakunya. ”Silahkan anda cek kartu aksesnya.” Kata Zain.

Penjaga menerima kartu akses masuk tersebut, ”Kartu ini asli. Namun sebelum itu izinkan kami untuk menggeledah tubuh anda. Ini prosedur!”

”Silahkan.” Jawab Zain santai. Untung semua alat yang di bawanya ada di mobil. Ia sengaja meninggalkannya disana untuk sementara waktu, kecuali alat perekam dan penyadap suara yang terpasang di topengnya.

”Baik, sekarang giliran wanita anda harus kami geledah!” tegas para penjaga.

Tatapan Zain langsung teralihkan pada Bianca. 'Aku memang tidak menyukainya. Tapi jika dia  juga di raba-raba, bukankah aku terlalu tega?' batin Zain.

”Cukup! Dia adalah pasanganku. Apakah kalian berani untuk melakukannya di depanku!” sentak Zain

”Tapi ini sudah menjadi prosedur, Tuan!”

Zain langsung mendekatkan dirinya pada penjaga dengan tatapan tajam ”Jangan melewati batas kalian. Dia adalah tamu penting dari Tuan A. Jika Tuan A  tahu kalian berbuat macam-macam pada tamu pentingnya. Aku tidak akan tanggung jawab nantinya!” ancam Zain.

Mereka lalu berisik, sambil membuat pertimbangan yang ada. ”Baiklah, kalian boleh masuk. Tapi ajudan kalian harus menunggu di depan!”