Chapter 350 - 350. Tamu dari kalangan Bangsawan bag2. Hanya bisa diam (2/2)
”Pemikiran yang kolot seperti ini tidakkah ingin di rubah suatu saat nanti? Kebahagian tidak akan di dapat dari sebuah keterpaksaan. Lagi pula wanita bukan alat untuk memproduksi anak belaka. Mereka juga memiliki impian dan harapan. Lalu untuk apa wanita berpendidikan tinggi kalau pada akhirnya hanya tunduk berada di bawah kaki seorang pria?. Pemikiran seperti ini menurutku tidak relevan dan terkesan kolot.” Ucap Wangchu dengan tegas dan lugas, namun masih menggunakan intonasi yang lirih, mengingat itu di depan penatua.
”Perkataan anda terlalu sensitif Tuan Wangchu, wanita dalam keluarga Bangsawan tidak hanya menjadi alat memproduksi anak belaka. Mereka memiliki peran penting dalam menstabilkan keadaan.” Balas Pangeran Chakra dengan tidak kalah tegasnya menampik pemikiran Wangchu. Sepertinya Wangchu berbicara terlalu terbuka dan membuat Pangeran Chakra tersinggung.
”Jangan salah paham pada perkataan saya Pangeran Chakra. Yang saya maksudkan disini jika pasangan Nadia tidak becuh dalam berbagai hal, tidakkah sama saja akan membuat Nadia berada di situasi demikian? Pelajari calon adik ipar anda dengan sebaik mungkin Pangeran Chakra, jangan sampai karena calonnya sama-sama dari kaum Bangsawan justru mengantarkan Putri Nadia ke dalam jurang yang terjal. Aku sebagai sahabat yang melihat bagaimana Putri tertawa dan tersenyum lepas di luar sana tidak ingin sampai hal itu terjadi.” Wanchu mencoba memberi pengarahan pada Pangeran Chakra untuk menyelidiki bagaimana dengan kelakuan Mahendra di luar sana.
Wangchu dengan tatapan teduh melihat ke arah Nadia yang saat ini ada di depan matanya sedang menyajikan minuman. Raut wajah Nadia begitu datar, seakan ia sedang menyembunyikan emosinnya saat ini.
”Apa lagi maksudmu Tuan Wangchu? Apa anda sedang memberitahuku kalau Mahendra bukanlah orang yang baik?” tanya Pangeran Chakra yang masih tidak mengerti dengan jalan pemikiran Wangchu.
Di lihat dari manapun, arah perkataan Wangchu mengarah ke cemburu. Tapi apa maksudnya dengan mengatakan hal itu? Tidakkah itu semakin membuat Wangchu terlihat sedang memperburuk dirinya sendiri di hadapan Pangeran Chakra?
”Aku tidak akan mengatakan apapun lagi, aku hanya ingin anda tahu Pangeran, bahwa memutuskan hal tanpa memikirkan orang yang anda beri putusan, itu akan berakhir tidak baik. Anda secara tidak langsung memaksa Putri Nadia untuk melangkah perlahan mendekati jurang. Cegahlah sebelum itu terjadi,” sambung Wangchu, ia tidak bisa mengatakan lebih dari ini, karena ia tidak ingin di anggap merusak acara sakral dengan sepatah katanya yang tanpa bukti.
Ibu Yuliana yang melihat ketegangan diantara Wangchu dan Pangeran Chakra langsung mendekat ke arah para tamu. ”Silahkan Nak Mahendra, di cicipi jajanan buatan Nak Nadia,” ucap Ibu Yuliana ramah.
Romo Sultan Hadiningrat melihat Putri nya menyuguhkan makanan langsung memanggilnya. ”Nadia Putriku, kamu sini nak..” panggil sang Romo.
Nadia yang merasa terpanggil langsung melangkah kearah Ayahnya. ”Iya Romo, ada apa Romo memanggi saya?.” Tanya Nadia dengan menundukkan kepalanya.
Wangchu yang melihat Nadia begitu segan pada Ayahnya sendiri membuatnya menjadi semakin bertekad untuk membebaskan Nadia dari belenggu takdir yang mengikat.
'Terlihat Nadia saja yang menjadi putrinya begitu segan pada Ayahnya, bagaimana ia bisa melepas belenggu adat yang begitu mengikat dan mendarah daging?. Hal seperti ini, sepertinya aku memang harus ekstra keras dan lebih memperhatikan setiap detilnya. Aku harus siap ditentang semua penatua dan Ayahnya Nadia. Tapi demi kebebasan hatimu, aku tak masalah Nadia..' batin Wangchu.
”Bagaimana pendapatmu mengenai Nak Mahendra, Nadia?.” Tanya sang Romo dengan bijak di depan tamu lain.