Chapter 350 - 350. Tamu dari kalangan Bangsawan bag2. Hanya bisa diam (1/2)
Pria berperawakan tinggi tegap itu langsung tersenyum kearah Wangchu dan berdiri menyambut kedatangannya. ”Tuan Wangchu, kita bertemu lagi.”
”Benar. Senang bisa bertemu dengan anda lagi Pangeran Cakra Hadiningrat. Apakah Pangeran datang menemui Bibi Yuliana untuk menjemput Putri Nadia?.” Tanya Wangchu basa basi.
Ini memang pertemuan kedua mereka setelah Wangchu berada di Indonesia cukup lama untuk mengurus masalah Paman Brahmantya yang bekerja sama dengan Organisasi Black Emperor dalam penjualan senjata illegal.
”Ayo nak duduk dan gabung dengan yang lain.” Ucap Ibu Yuliana sambil mengangguk pada Wangchu.
Wangchu akhirnya duduk di sofa yang masih kosong, yaitu di samping Pangean Cakra. Di ruang tamu terlihat ada 3 orang dewasa yang tidak Wangchu kenal, dan dua pria seumuran dengannya, yaitu Pangeran Cakra dan Mahendra.
'Untuk apa Mahendra datang ke kediaman Ibu Yuliana sepagi ini?. Jika itu Pangeran Chakra mungkin karena akan bertemu Nadia yang baru pulang. Tapi kalau Mahendra, memang dia ada alasan apa datang ke kediaman Ibu Yuliana?.' Batin Wangchu yang cukup penasaran dengan apa yang sedang terjadi dengan kedatangan para penatua dan mahendra.
”Pangeran Chakra, sebenarnya apa yang sedang terjadi sekarang ini? Mengapa para panatua datang ke kediaman Bibi Yuliana sepagi ini?.” Bisik Wangchu pada Pangeran Chakra.
Lucu memang, seorang Wangchu bermain bisik membisik dengan seorang dari trah darah biru yang sangat di junjung tinggi derajatnya. Tapi kebetulan, sejak pertama kali betemu, mereka cukup akarab dan nyambung sekali pembicaraannya. Benar-benar seperti saudara.
”Maaf aku lupa memberitahumu, sebenarnya para panatua datang pagi ini ke kediaman Ibu Yuliana adalah proses lamaran resmi dari Mahendra. Dan alasan lamarannya berada di kediaman Ibu Yuliana karena sebenarnya untuk menghargai Ibu Yuliana yang sudah merawat Nadia dulu. yang sebelah kiri, itu adalah Ayahku. Romo Sultan Hadiningrat ke 12.” Kata Pangeran Chakra memberi tahu.
'Ayah mertua? Eh salah.. calon ayah mertua?. Pantas auranya berbeda dari orang tua yang ada di sampingnya. Hufft.. mengapa ada acara lamaran di saat-saat seperti ini?! Bagaimana aku mengatakan keadaan anak dan menantunya yang ada di China saat ini?. Dan bisakah aku mengatakan kalau aku adalah kekasih Nadia di depan semua orang? Ini benar-benar hal yang tidak bisa di prediksi. Sekali lg, mengapa harus di saat seperti ini?.' Batin Wangchu berteriak.
”Pangeran Chakra, apakah anda pernah mendengar isi hati dari Nadia?.” Tanya Wangchu, tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutnya.
”Maksudmu apa Wangchu?.” Tanya balik Pangeran Chakra dengan mengerutkan keningnya.
”Maksudnya, apakah Pangeran Chakra pernah mengetahui apa yang ada dalam hati Nadia? Apa yang di inginkan dari seorang Putri Nadia?.” Perkataan Wangchu syarat akan makna yang mendalam, ia bahkan mengatakan itu dengan wajah yang datar tanpa ekspresi apapun.
”Kami dari keluarga bangsawan, tidak pernah di izinkan untuk menentukan nasib hidup kami sendiri. Termasuk Nadia. Lagi pula bukankah cinta bisa di pupuk seiring berjalannya waktu?.” Jawab Pangeran Chakra sambil memandang ke arah Nadia yang baru saja keluar dari dalam dengan membawa nampan dengan beberapa gelas diatasnya.