Chapter 337 - 337. Zain dan petikan gitar bag 2 (1/2)

Dari kejauhan Silvia sesaat melihat kearah dimana Zain tengah duduk dan memainkan gitarnya dengan piawai. Entah mengapa, setiap mendengar petikan gitarnya membuat kenangan yang selama ini tenggelam tak tersisa mencuat sedikit demi sedikit.

'Kau masih sama seperti dulu, bahkan petikan gitarmu tidak ada yang berubah sama sekali. Tapi itu hanya masa lallu Zain. Tidakkah kau tersiksa dengan musik yang kau mainkan?' batin Silvia. Ia yang tidak ingin larut dalam bayangan masa lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Disisi lain, Zain yang melihat Silvia yang keluar dari dapur dan akan menaiki tangga, membuatnya menghentikan tangannya yang sedang memainkan gitar. Ia melihat kearah tangga dan Silvia justru terlihat sedang menghindari tatapannya.

”Apakah kau sedang menghindar dariku Silvia? Bukankah lagu ini yang selalu kau pinta untukku memainkannya dengan gitar ini? Bahkan karenamu aku menjadi seorang musisi. 5 tahun telah berlalu, dan hari inipun hanya menjadi kenangan.” Gumam Zain, sambil mencari not yang pas untuk dimainkannya.

Bibi Yun dari arah dapur datang membawa nampan berisi ice coffe buatan Silvia dan menyuguhkannya di meja depan Zain. ”Tuan Zain, mengapa anda menghentikan petikan gitarnya? Tadi itu sangat indah di dengar, meski saya sendiri tidak tahu artinya.” Ucap Bibi Yun yang terlihat sangat menikmati petikan gitar Zain.

”Saat seseorang yang di harapkan saja tidak ingin mendengarnya, bagaimana aku akan memainkan senar gitar ini? Yang ada hanya sebuah musik tanpa jiwa, karena rasa itu kosong didalamnya.” Ucap Zain, ia mengangkat wajahnya dan melihat Bibi Yun yang masih berdiri didepannya.

”Silahkan di nikmati ice coffenya Tuan.”

Sesaat Zain tersenyum simpul melihat segelas ice coffe di depannya, ia mengambil dan meminumnya dan itu semakin membuatnya melebarkan senyumnya. Matanya yang teduh melihat kearah tangga, tempat Silvia memandangnya meski hanya sesaat.

'Aku tahu kau takkan semudah itu melupakan apa yang menjadi masa lalu Silvia. Bahkan ice coffe ini saja kau masih ingat takaran seberapa aku menyukai manisnya. Hmm.. aneh, mengapa aku sampai sekarang belum bisa melupakanmu.' Batin Zain.

”Ohya Tuan Zain, mengapa tidak memainkan satu lagu untuk Bibi. Dengan senang hati Bibi akan mendengarnya.” Bibi Yun terlihat bersemangat.

”Baiklah, aku akan memainkan satu lagu untuk Bibi. Dan terima kasih untuk ice coffenya, rasanya sangat pas.”

Zain kembali menundukkan wajahnya dengan tangan mulai memetik senar gitarnya di temani lirik lagu yang Zain mainkan, cukup membuat Bibi Yun terhibur.

Meksi Bibi Yun tidak mengerti apa yang Zain nyanyikan, tapi Bibi Yun tahu musik itu pasti memiliki makna dalam, seperti memiliki roh tersendiri yang mampu memikat siapapun yang mendengarnya.

Di tengah petikan dan nyanyian yang Zain senandungkan. Ludius yang baru saja datang, mendengar hal itu langsung membuatnya naik darah. Meski ia tidak tahu dengan artinya, tapi ia sangat tahu karena petikan gitar dan lagu yang di mainkan Zain membuat Silvia sampai pingsan, saat pertama kali mendengarnya.

”Zain! Siapa yang memintamu memainkan gitar disini!”

perkataan lantang Ludius langsung menghentikan Zain memainkan gitarnya dan memandang ke arah Ludius. ”Tidak ada siapapun yang memintaku untuk memainkannya. Hanya saja saat aku ingin mengunjungimu untuk mengatakan beberapa hal, gitar ini terbawa olehku. Karena sudah telanjur, ya sudah aku mainkan.” Jawab Zain santai,

perlahan Ludius berjalan mendekati Zain yang acuh padanya dan berdiri tepat di depan Zain dengan tatapan menahan amarah. Bahkan demi menjaga agar suasana tetap tenang, Ludius mengepalkan tangannya menahan semua amarah yang meluap.

”Katakan! Untuk apa kau melakukan ini. Apakah kau berniat membangunkan masa lalu Silvia yang sudah berhasil dia lupakan?.” Tanya Ludius dengan sedikit lirih, ia tidak ingin istrinya mendengar hal ini.

Zain menggeletakkan gitarnya dan ikut berdiri. ”Apa yang kau katakan Tuan Lu?. Membangunkan masa lalu Silvia?.” Katanya mengulang perkataan Ludius.