Chapter 337 - 337. Zain dan petikan gitar bag 2 (2/2)

”Dengar Tuan Lu, seperti yang kau katakan. Ini hanyalah sebuah musik dan masa lalu. Kau yang menjadi masa depannya untuk apa di takuti? Atau jangan-jangan kau takut Silvia akan berbalik arah kepadaku?!.” Ucap Zain yang terlihat seperti sebuah pernyataan.

”Itu takkan mungkin terjadi, karena sampai kapanpun Silvia Zhuan hanya milik Ludius Lu seorang. Tidak akan ada yang bisa megubah takdir itu bahkan petikan gitarmu sekalipun. Jika kau ingin mengatakan hal penting, masuklah ke ruang kerjaku. Bibi Yun yang akan mengantarmu. Aku akan kekamar terlebih dahulu.” Ujar Ludius meninggalkan Zain yang masih berdiri terpaku dengan perkataan menusuk Ludius.

”Tuan Zain, mari saya antar anda ke ruang kerja.” Ucap Bibi Yun.

Zain meletakkan gitarnya dan mengikuti Bibi Yun yang menunjukkan jalannya.

Disisi lain Ludius langsung naik ke lantai atas dan menuju kamarnya, ia mempunyai firasat kalau istrinya tengah sendiri disana. 'Aku harap kamu baik-baik saja Sayang,' batin Ludius.

Di kamar Silvia tengah berbaring dengan tidur menyamping membelakangi meja rias. Ludius yang baru saja datang langsung duduk disamping Silvia. ”Sayang, apakah kau sedang sakit? Ini sudah sore loh..” Ludius membelai surai rambut panjang istrinya.

”Tidak, hanya sedikit lelah seharian di kantor bertemu dengan sekretarismu!.” Jawab Silvia agak kasar.

Ludius melepas sepatunya dan ikut berbaring di samping Silvia dengan tangan mendekap lembut perut istrinya. ”Maafkan aku Sayang, aku tahu tidak nyaman dengan Bianca.” Ucap Ludius sambil mencium kepala istrinya.

”Sudah tahu aku tidak nyaman mengapa kamu masih membuatnya bekerja di bagian sekretaris.” Tanya Silvia kasar dan jutek.

”Ada alasan mengapa aku tidak mengusirnya sampai saat ini. Bianca bukanlah wanita sembarangan. Dia mungkin salah satu anggota dari Organisai tertentu karena memiliki banyak insformasi tentang kondisi yang terjadi akhir-akhir ini.”

Silvia langsung berbalik arah dan kini ia tepat didepan suaminya. ”Jadi maksudmu Bianca adalah mata-mata?,” tanya Silvia kaget, soalnya wanita itu terlihat sangat centil saat di depan suaminya.

”Belum tentu, soalnya dia berkali-kali memperingatkanku jika akan terjadi sesuatu di masa depan.”

”Oh..” jawab Silvia singkat

Ludius membelai surai rambut istrinya sambil mengecup keningnya. ”Sayang, aku harus menemui Zain terlebih dahulu. Kamu istirahat saja dulu Sayang. Nanti kita lanjutin kembali pembicaraan kita.”

Silvia hanya mengangguk dan Ludius beranjak dari sisi Silvia dan pergi meningalkan kamar mereka mnuju ruang kerja,

Diruang kerja, Zain masih duduk manis di sofa sambil melihat keadaan ruangan yang klasik dengan foto pernikahan adat Indonesia yang terpajang di bagian dinding belakang meja kerja.

”Ada hal apa kau mencariku setelah beberapa hari tanpa kabar?.” tanya Ludius tanpa basa basi.

sepertinya Ludius masih marah dengan apa yang dilakukan Zain.