Chapter 336 - 336. Zain dan petikan Gitarnya (1/2)
Seharian ini Silvia menemani suaminya si kantor sambil mengawasi sekretaris Ludius yaitu Bianca Luze yang kemarin baru saja membuat Silvia salah paham meski sepertinya yang terjadi diantara mereka benar adanya.
Di ruangan Direktur kebetulan hanya tinggal Silvia dan Bianca, setelah kepergian Ludius yang akan melaksanakan rapat dengan para Dewan Direksi dan bendahara mereka mengenai ganti rugi para warga yang pemukimannya di sekitar proyek pembangunan 'Gedung Kenegaraan', membuat Silvia memiliki waktu untuk membuat perhitungan dengan wanita penggoda itu.
Sebelumnya Silvia terlebih dahulu melihat ke arah Bianca yang sedang duduk manis bersama laptopnya. Ia tatapan tajam dan tegas wanita yang acuh kepadanya itu.
”Apa hubunganmu dengan Ludius?.” Tanya Silvia tegas tanpa basa basi.
Bianca yang sedang serius dengan laporannya di laptop mengangkat kepalanya dan memandang balik Silvia, ”Apa Nyonya Lu sedang bertanya pada saya?.”
”Iya tentu saja kau! Memang siapa lagi wanita di ruangan ini selain kau yang ku panggil. Katakan, apa hubunganmu dengan Ludius?.” Tanya Silvia tegas, ia bahkan langsung beranjak dari duduknya berdiri menghadap Bianca.
”Tidak ada! Ludius hanya atasanku dan aku bawahannya. Bukankah pertanyaan anda sudah terlewat jauh Nyonya Lu?.” Balas Bianca, ia melihat Silvia dengan acuh. Sangat berbeda saat ia memandang nakal Ludius.
”Oh, jadi itu jawabanmu. Baiklah. Itu keputusanmu dan aku tidak akan ikut campur dengan apapun yang ingin kau lakukan.” Silvia beranjak dari duduknya serta mencangklok tas mininya dan menghampiri Bianca yang masih duduk manis di sofa.
”Aku hanya ingin mengatakan, sepandai apapun kamu bermain taktik untuk mendapatkan perhatian atau kasih sayang Ludius. Kau takkan bisa mendapatkannya. Terima kasih Nona Bianca, karena telah menemani saya seharian ini. Saya permisi!,”
Bianca mengangkat kepalanya kembali, dengan laptop yang masih di pangkuannya. Ia melihat kepergian Silvia dengan tenang dan tanpa rasa kesal atau marah sedikitpun, ”Kamu harus kuat dengan apapun yang terjadi Silvia. Karena di masa mendatang, kamu mungkin saja akan mendapatkan hal yang tidak bisa di presiksi sebelumnya. Perang dingin dalam Dunia Bawah baru saja di mulai!.” Gumam Bianca.
***
Sore ini setelah seharian berada di Perusahaan Tangshi Grup, Silvia kembali terlebih dahulu tanpa menunggu Ludiuss yang masih sibuk dengan perkerjaannya ke Mansion untuk membersihkan diri dan menyiapkan makan malam.
Baru saja mobil yang di tumpangi Silvia berhenti di pelataran Mansion. Sudah ada mobil lain terlebih dahulu terparkir disana. Diliihat dari plat dan jenis mobilnya yang klasik, Silvia berfikir itu mungkin mobil milik Zain.
”Pak, apakah Bapak tadi sudah menjemput Tuan Muda Azell di sekolah?.” Tanya Silvia yang teringat Azell sebelum ia turun dari mobil.
”Sudah Nyonya, tapi kata Guru yang mengajar jam terakhir, Tuan Muda Azell sudah di jemput terlebih dahulu oleh Nyonya Shashuang.” Kata Pak sopir. Ia beranjak dari duduknya, keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Silvia.
Silvia keluar dari mobil dan mengambil tasnya yang masih tergeletak di dalam. ”Oh, terima kasih. Bapak bisa kembali bekerja.”
”Baik Nyonya. Saya permisi.” Pak sopir masuk lagi kedalam mobil dan memarkirkannya di bagasi bagian samping mansion.
Silvia sendiri langsung masuk kedalam untuk memastikan apakah dia Zain atau bukan. Di dalam, lebih tepatnya bagian ruang tamu. Benar saja, sudah ada Zain yang duduk disana seorang diri. Mungkin ia ingin bertemu Ludius..?
”Zain, kau kemari apakah ada yang ingin di bicarakan dengan Ludius?” tanya Silvia yang masih di ambang pintu.
Zain menoleh ke belakang dan langsung beranjak dari duduknya. Raut wajahnya sepertinya sedang menyiratkan sesuatu. ”Ya, apakah suamimu belum kembali?.”
Silvia menggelengkan kepala. ”Belum, mungkin sebentar lagi. Duduklah kembali, kau ingin minum apa?.” Tanya Silvia, ia berjalan ke arah sofa. Menaruh tasnya lanjut menuju dapur.