Chapter 336 - 336. Zain dan petikan Gitarnya (2/2)
”Minnuman apa yang biasa ku minum, masih sama seperti 5 tahun yang lalu.” Ujar Zain dengan memandang Silvia penuh makna.
”Aku tidak sedang ingin bercanda dengan mu Zain. Maaf jika aku lupa apa yang biasa kau minum. Itu telah lama berlalu.” Jawab Silvia malas, iya malas untuk berdebat dengan hal yang berhubungan dengan masa lalu.
Sudah cukup bagi Silvia meladeni wanita centil seperti Bianca yang tiap hari seliweran di samping suaminya. Ia sedang tidak ingin menambah beban hidupnya kembali.
”Apa perlu aku bermain gitar dan menyanyikan lagu yang sama untukmu seperti 5 tahun yang lalu!.”
Perkataan Zain rupanya cukup memancing emosi Silvia. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik arah melihat Zain yang sudah memegang gitar dengan jemarinya yang mulai memetik gitar.
”Mengapa kau masih saja mengingat masa lalu yang sudah menjadi kenangan?. Kau ingin mengingatkanku dengan masa lallu melalui petikan gitarmu?.”
”Tidak, aku hanya ingin memainkannya saja.” Jawab Zain acuh.
”Kau kemari karena ada urusan dengan Ludius, jadi aku tidak mengusirmu. Terserah kau mau melakukan apa, aku tidak peduli. Duduklah yang baik, aku akan segera mengambilkan minum untukmu!.” Ucap Silvia agak kasar,
Dikatakan lelah, mungkin iya. Lelah di bayangi masa lalu, apalagi tidak sedikit hal yang sudah mereka lewati bersama. Sedikit terbawa perasaan bukankah wajar?
Tapi bagaimanapun Silvia sudah melupakan semuanya dan menganggap semua itu hanya kenangan yang pernah singgah dalam hidupnya.
Perlahan suara petikan gitar dengan suara Zain terdengar sampai ke dapur karena memang keadaan saat itu sedang sunyi. Bibi Yun yang sedang meracik bumbu untuk mempersiapkan makan malam pun ikut terpukau.
”Nyonya, apakah itu suara dari Tuan Zain? Begitu indah meski saya tidak tahu apa artinya.” Ucap Bibi Yun, ia bahkan terlihat sangat menikmatinya.
”Itu memang suara Zain. Dulu dia adalah seorang vokalis sebuah band di masa mudanya.” Jawab Silvia begitu saja, seolah tidak menyadari bahwa mulutnya telah mengatakan sesuatu.
Setelah selesai dengan ice coffe yang di buatnya, Silvia memberikannya pada Bibi Yun. ”Bi, tolong antarkan pada Zain. Aku ingin ke kamar terlebih dahulu.” Ucap Silvia tidak bersemangat.
”Loh, bukannya Nyonya mau temani Tuan Zain selagi Tuan Lu belum kembali?.”
”Tidaklah Bi, aku sedang lelah. Jika aku tetap menemani Zain dan saat itu Ludius pulang, yang ada pasti mereka adu mulut atau berantem tidak jelas. Aku lebih baik ke kamar terlebih dahulu.”
Silvia meninggalkan dapur, dan sebelum menaiki tangga ia sesaat memandang ke arah ruang tamu yang menggabungkan langsung dengan tangga menuju lantai atas.
Kau datang dan pergi oh.. begitu saja. Semua ku terima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam. Di ruang rindu, kita bertemu.
Zain menghentikan petikan gitarnya dan melihat balik kearah Silvia.