Chapter 310 - 310. Menemani Sarapan Sang Pangeran (2/2)
Silvia masih memandang Richard acuh dan berusaha untuk tidak menatap matanya. Ia melihat ke arah jendela yang berada tepat di sampingnya dengan pemandangan luar nampak dengan berbagai toko dan lampion di atasnya.
”Kau mengacuhkan ku?” tanyanya membuka percakapan setelah tenang beberapa saat.
”Tidak, itu hanya perasaanmu saja” balas Silvia masih acuh.
”Oh, baiklah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Tapi kau sungguh tidak ingin menanyakan mengapa aku begitu di segani banyak orang?” katanya masih dengan kepercayaan dirinya.
”Buat apa aku bertanya kalau pada akhirnya kau tidak menjawabnya. Buang waktu saja”.
”Jawaban yang menarik, jarang ada yang begitu berani menjawab pertanyaanku dengan membuang muka. Kau cukup berani”
”Berani karena aku tak mengenalmu dan tak ingin mengenalmu. Anggap saja pembicaraan ini sebagai salah satu rasa terima kasihku karena kau telah menolongku. Setelah ini kita anggap impas dan tidak saling mengenal satu sama lain!”
Silvia selalu menjawab acuh bukan karena sombong atau angkuh. Hanya saja setelah ini ia harap tidak bertemu lagi dan menghindari hal aneh ke depannya. Karena menurutnya, pria yang bersamanya saat ini bukanlah orang biasa dan dapat berakhir masalah jika Ludius mengetahuinya.
Beberapa saat keduanya saling diam, bahkan pengunjung lain yang tadi menyambut Richard tidak berani bersuara. Mereka seakan sedang dalam jerat sang penguasa dan hanya bisa menikmati sarapan dalam ketegangan melihat Richard dalam mood kurang baik akibat acuhnya Silvia,
”Jujur, mulutmu sangat pedas Nona Silvia. Aku tidak tahu bagaimana reaksi pria lain jika mendapat perkataan seperti itu langsung darimu..”
”Aku tidak peduli dengan itu, terutama pria mencurigakan sepertimu. Dan satu hal lagi, aku sudah bersuami, jadi maaf jika aku menjaga jarak dan berkata kurang sopan jika kau bertindak kurang ajar”.
”Sayang sekali kau sudah bersuami, padahal aku sangat tertarik padamu Nona Silvia,” Ujarnya sambil memandang Silvia dengan senyum mautnya. Senyum tipis namun mampu memikat mata kaum hawa.
”...”
Silvia tidak menyahut perkataan Richard dan masih menikmati angin yang berhembus dari balik jendela. Ia benar-benar sangat acuh seakan sedang menguji kesabaran Richard sang Putra Mahkota dari Kerajaan Hardland.
”Permisi Tuan dan Nona..” sela pelayan wanita yang membawa troli atau meja dorong dengan di atasnya tersaji berbagai menu makanan yang asing bagi Silvia.
Beberapa pelayan datang untuk menyajikan makanan yang sudah siap dan diantaranya membawa red wine kualitas tinggi, mungkin harganya berkisar 1 juta RMB. Sebelum mereka pergi, kepala pelayan membukakan Red winenya terlebih dahulu dan menuangkannya ke gelas yang ada didepan Richard dan Silvia,
”Silahkan di nikmati makanan dan minumannya Tuan dan Nyonya. Jika ada yang kurang kami siap melayani”, kata kepala pelayan lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Setelah kepergian pelayan, Richard mengambil gelasnya dan menunjukkannya pada Silvia. ”Mari Nona, silahkan di nikmati winenya. Ini khusus Manajer siapkan untuk anda”,
”Terima kasih Tuan, tapi saya tidak mengkonsumsi alkohol. Saya cukup air putih untuk menemani anda minum” balas Silvia. Ia mengambil gelas berisi air putih dan mengangkatnya didepan Richard.
Sedikit kecewa wanita yang di incarnya tidak meminum alkohol, tapi justru ini yang membuat Richard tertarik. ”Menarik..” gumamnya.,
”Apa yang menarik?!” tanya Silvia selidik dengan tatapan memandang Richard serius.