Chapter 230 - 230. Candaan Wangchu Memecah Keheningan bag 3 (1/2)

”Hahaha… ” Tawa pecah memenuhi satu ruangan terbuka yang terdapat di restaurant Garden, bagi Wangchu tidak ada yang lebih menyenangkan selain meledek Tuannya yang menjadi bucin (budak cinta) istrinya itu.

”Pfft… Hahaha.. ”. Zain yang sedari tadi menjaga image didepan Emilia pun ikut tertawa lepas. Tidak luput pula Emilia yang ikut terkekeh karena candaan garing Wangchu.

Seketika restaurant Garden riuh oleh tawa mereka dan melupakan sejenak masalah yang baru saja terjadi. Terutama Silvia, ia yang sejak dalam perjalanan murung ikut tertawa geli mendengar candaan Wangchu tersebut,

”Pfft.. Hehe, Ugh.. Aku tidak kuat menahan tawaku suamiku, maafkan aku.. ”. Ujar Silvia yang masih dalam pelukan Ludius.

'Akhirnya kamu tertawa Sayang, aku benar-benar khawatir saat melihat wajah muram mu tadi', batin Ludius, ia menurunkan Silvia di kursi kosong yang ada di depan Emilia.

Setelah semua keadaan kembali normal, Ludius menatap tajam Wangchu yang ada di depannya saat ini. ”Apakah kalian puas menertawakanku?! Jadi jelaskan padaku Wangchu, memang bagian mana yang kau fikir itu lucu?! ”,

Mendapat todongan pertanyaan dan tatapan tajam Ludius, Wangchu hanya terkekeh dengan wajah tanpa bersalahnya. ”Ayolah Boss.. Tadi aku hanya kelewat bercanda, sungguh aku tidak sengaja Boss.. ”. Kata Wangchu memohon ampunan Ludius, ia dengan tampang tanpa bersalah menangkupkan kedua telapak tangannya sambil memohon pada Ludius, sontak mengundang gelak tawa..

”Hahaha.. Wangchu, lain kali kau jangan provokasi suamiku, atau kau tidak akan bisa bertahan hidup sampai besok”. Celetuk Silvia, ia yang sedang tertawa menyita senyum simpul Ludius yang terus memperhatikannya dalam diam,

Di tengah riuhnya canda tawa, beberapa pelayan datang membawakan pesanan yang sebelumnya sempat Wangchu pesan. Mereka satu persatu memindah makanan yang dibawa menggunakan meja dorong.

Tanpa terlewat dari penglihatan tajam seorang istri, salah satu pelayan yang memindah makanan ke meja pelanggan mencuri pandang wajah Ludius.

'Ya Ampun... Memang dia kira aku sebagai istrinya tidak melihat, benar-benar deh.. Silvia dalam sehari sudah berapa ratus wanita yang mencuri pandang wajah suamimu?! '. Gerutu Silvia dalam hati,

Kejengkelan Silvia yang entah datang dari mana membuatnya merubah sikap begitu cepat. ”Suamiku, kau mau makan apa siang ini? ” tanya Silvia manja,

Ludius yang sedang duduk tenang memainkan ponsel mendengar sapaan merdu SUAMIKU dari mulut manis istrinya seketika menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan kembali ponsel yang ada di tangannya ke meja, ”Ada apa Sayang, tumben mulutmu manis sekali saat memanggilku. Coba ulangi.. ”. Kata Ludius dengan mata berbinar,

Harap dimaklumkan, bagi Ludius mendengar sapaan mesra nan lembut bagai kapas itu adalah hal yang sangat langka. Apalagi sejak Silvia hamil justru lebih banyak marah dan mood berubah-ubah.