Chapter 229 - 229. Candaan Wangchu Memecah keheningan bag 2 (1/2)

'Istriku ini, apa dia tidak berfikir sikapnya dapat membangkitkan nafsu birahiku? Jika saja saat ini sudah ada di dalam kamar hotel mungkin aku tidak akan segan untuk memainkan 1 babak denganmu Sayang'. Ludius memegang kepalanya yang terasa berat.

”Sayang.. Aku pasti akan mencarikan makanan sesuai keinginanmu, tapi itu nanti... Sekarang kamu harus makan terlebih dahulu”. Bujuk Ludius,

Silvia menggeleng-gelengkan kepalanya menolak permintaan Ludius, ”Tapi aku maunya sekarang suamiku, apalagi sekarang cuacanya sedang panas pasti enak tuh makan bakso sama es teh”. Celetuk Silvia masih dengan manjanya.

”Iya tapi mau cari dimana bakso beranak yang kamu mau istriku?! ”. Kepala Ludius semakin pening memikirkan hal hal aneh yang Silvia inginkan. ”Sayang, bukankah kita kemari berniat untuk menjamu Putri Emilia?”. Bujuk Ludius kembali dengan Emilia sebagai alasan.

'Aku harap kali ini berhasil, atau aku benar-benar harus meminta koki Indonesia mengirim bakso beranak menggunakan pesawat jet'.

Silvia terdiam sejenak, ia kembali bersikap serius dan meninggalkan sedikit manjanya. ”Uhm., untuk kali ini saja. Cepat kita harus menemani Putri Emilia makan siang bersama. Tapi ingat!! Setelah ini kamu harus mencarikanku makanan Bakso beranak untukku”. Oceh Silvia, jika dilihat dari sisi ini Silvia benar-benar terlihat imut.

”Baiklah Istriku Sayang.. ”. Jawab Ludius dengan memaksakan senyumnya,

'Aku baru tahu wanita hamil bisa begitu merepotkan huft.. '. Keluh Ludius.

Wangchu, Zain dan Emilia sudah lebih dulu meninggalkan pelataran parkir dan memasuki restaurant Garden. Bagai rumah kedua, restaurant Garden memang tempat paling nyaman untuk Ludius dan yang lain melepas penat.

Sesaat setelah beranjak dari tempat duduknya Silvia terlihat pucat dan berdiri dengan tidak stabil membuat Ludius khawatir,

”Sayang, apa kamu baik-baik saja? ” tanya Ludius yang melihat Silvia tiba-tiba kehilangan keseimbangan ketika hendak keluar dari mobil. Dengan sabar dan penuh perhatian Ludius membantu Silvia keluar dari mobil dan menggendongnya ala bridal.

”Hei Ludius, apa yang kamu lakukan? ”. Tanya Silvia kaget, Ludius begitu saja menggendongnya di pelataran parkir,

”Tentu saja membawamu masuk istriku, kamu tadi hampir saja terjatuh dan wajahmu terlihat pucat. Mungkin karena kau belum sarapan tadi pagi. Biarkan suamimu ini memanjakanmu Sayang..”.

Sikap Ludius yang kelewat romantis tentu saja membuat Silvia terpana, wajahnya yang pucat tertutupi rona merah dengan senyum manisnya yang mengembang. ”Uhm.. Baiklah ”. Balas Silvia lirih, jujur.. Ia sebenarnya malu mendapat perlakuan romantis dari Ludius di depan umum, tapi jika tidak seperti ini bukan Ludius namanya.

Langkah demi langkah yang menyertai Ludius menyita perhatian sepanjang orang-orang yang lalu lalang dan melihat sikap Ludius yang gentle bagaikan pria sejati yang rela melakukan apapun demi wanita tercintanya.

Orang-orang mulai memperhatikan Ludius yang sejatinya memiliki ketampanan di atas rata-rata ditambah sikap romantis yang ditunjukkan membuat orang yang melihat membicarakannya.

Lihatlah pria yang ada disana, bukankah dia sangat tampan..?!

Ah.. Ya, dia sangat tampan dan gentle. Tapi bagaimana bisa wanita itu tak tahu malu meminta digendong pria di tempat umum seperti ini? Bukankah itu memalukan!