Chapter 230 - 230. Candaan Wangchu Memecah Keheningan bag 3 (2/2)
'Hmm, Istriku memang paling tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Cemburu pun masih bisa tidak peduli dan hanya memanas manasi pelayan tersebut. Sayang.. Kamu jahat sekali'.
Perkataan Silvia terdengar bahkan sangat jelas di telinga pelayan yang diam-diam mencuri pandang, ia hanya bisa terdiam tanpa menyahut sindiran istri dari pria yang ia lirik. ”Tuan dan Nona.. Silahkan di nikmati”. Kata Pelayan tersebut dan yang lainnya sebelum meninggalkan meja pelanggan.
”Lain kali jangan pasang wajah tampan saat keluar rumah, wajahmu terlalu menggoda banyak wanita suamiku!! ”. Kata Silvia dengan setengah berbisik,
”Sayang, tidakkah kau begitu jahat meminta suamimu melepas ketampanannya ketika keluar dari rumah? Kalau kau cemburu katakan saja Sayang.. Aku tak akan marah kok ”.
”Issh.. Siapa juga yang cemburu, aku cuma bilang simpan wajah tampan mu saat diperlukan saja. Aku takut karena banyak yang melihat ketampananmu itu akan membuat wajah tampanmu memudar”.
”Hahaha.. Kakak ipar, kau sangat pandai membuat bossku tunduk. Kau memang yang terbaik”. Tawa Wangchu pecah kembali mendengar perkataan Silvia.
Lain Silvia Ludius, lain pula dengan Zain Emilia. Mereka yang lebih banyak diam mendengarkan celotehan Wangchu saling berbisik sembari memakan makanan yang telah disajikan.
”Zain, aku tanya sekali lagi. Mengapa kau menciumku paksa disaat genting seperti tadi? Bukankah kau tidak menyukaiku?”. Bisik Emilia, ia sekilas menatap Zain yang masih memainkan makannya seakan enggan untuk memakannya.
”Itu hanya ketidak sengajaanku, aku takkan melakukannya lagi”. Balas Zain singkat dan ACUH!
”Bohong, meski aku hanya beberapa hari mengenalmu tapi perkataanmu itu tidak sepenuhnya benar. Apa saat itu kau jadikan aku pelampiasan, atau kau memang sudah menaruh perasaan padaku? ”. Tanya Emilia kembali.
Baginya meski hanya sebuah ciuman ia tetap harus memastikannya, karena cinta dan hubungan dalam kehidupan Emilia adalah sebuah hal baru yang mana ia tak pernah merasakannya.
”Mengapa kau terus mengungkit hal sepele seperti ini? Apakah ciuman sesaat begitu penting bagimu?”. Zain menjawab dengan pertanyaan, ia meletakkan sendoknya lalu melihat Emilia dengan tatapan lain.
”Kau mempertanyakan itu padaku sungguh ingin membuatku tertawa. Hidup dalam Keluarga Kerajaan itu begitu kejam, sekali kau jatuh cinta pada waktu dan orang yang salah. Maka tidak menuntut kemungkinan orang akan mengejekmu dan mempertanyakan statusmu sebagai anggota keluarga Kerajaan”,
'Dan itu alasan mengapa aku memilih diam tidak menyahut perasaanmu Emilia. Aku takut kau takkan sanggup menerima hal itu suatu hari nanti. Meski aku sadar sikapmu beberapa hari ini mengubah sedikit perasaanku yang bergejolak'. Perkataan itu hanya sebatas jawaban hati, tanpa sanggup untuk mengatakannya