Chapter 191 - 191. Pagi Zain dan Emilia (1/2)
Karena sebuah perkataan atasan dari SSIA, Zain lembur di ruang kerjanya untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Ia semalam suntuk menghack beberapa informasi yang terdapat di Markas SSIA namun tidak menemukan petunjuk apapun.
”Silvia.. Silvia.. Mengapa kau selalu terikat dengan masalah yang rumit?. Aku benar-benar ingin mencegah hal itu terjadi, tapi justru menemui jalan buntu”. Keluh Zain.
”Sepertinya aku memang harus memejamkan mataku sebentar, lembur semalaman ternyata melelahkan”.
Mungkin karena semalaman ia bergadang dan tidak memejamkan mata barang sebentar membuatnya terasa lelah. Ia yang masih duduk di meja dengan laptop menyala menyandarkan kepalanya di meja dan perlahan tertidur dengan terbawa sepoinya angin pagi yang berhembus.
Lain halnya dengan Emilia, ia yang semalaman terusik dengan keadaan dan sesuatu yang terjadi pada Zain membuat tidurnya tidak nyenyak.
Pagi ini Emilia terbangun dari tidurnya dengan suasana rumah yang begitu hening. Sayup-sayup Emilia mencium wangi masakan yang menurutnya asing. Ia beranjak dari tidurnya untuk melihat apa yang Bibi An masak pagi ini, namun tiba-tiba dering ponsel yang ada di meja berbunyi.
Drrrt.. Drrrt..
Emilia teralihkan fokusnya pada ponselnya, ia melihat 1 panggilan masuk dari Richard Kakaknya.
[ ”Hallo Kak.. Ada apa Kakak memanggilku?”]. Tanya Emilia
[ ”Emilia.. Apa kau baik-baik saja? Kakak dengar kau mengalami kecelakaan setelah sampai di China?”.]
[ ”Aku baik-baik saja Kak.. Sebenarnya ada apa Kakak menelfonku sepagi ini?. Apakah terjadi sesuatu di Kerajaan?”.] Tanyanya khawatir
[ ”Tidak ada apa-apa, Kakak hanya khawatir waktu mendengar kau mengalami kecelakaan”.]
[ ”Kakak tidak perlu khawatir, Emilia akan secepatnya menemui Tuan Ludius dan menjalankan semua yang Kakak perintahkan”.]
[ ”Kakak percaya kamu pasti bisa, hanya saja Tuan Lu adalah tipikal pria yang sulit untuk menerima hubungan kerja sama jika tanpa alasan yang kuat. Jadi berhati-hatilah Adik”.]
[ ”Baik Kak.. Serahkan semuanya kepadaku”.]
TUT.. TUT..
Setelah menutup teleponnya, Emilia melihat jam yang ada di ponselnya dan menunjukkan pukul 07.00 pagi.
”Hah sudah jam 07.00?”.
Emilia kaget melihat waktu yang ternyata sudah cukup siang untuknya bangun dari tidur. Secepatnya ia melangkah kekamar mandi untuk membasuh muka dan berlari kecil keluar kamar menemui Bibi An di dapur.
Tap.. Tap.. Tap..
Dengan langkah perlahan karena malu dirinya terbangun bahkan lebih siang dari sarapan pagi yang di buat Bibi An, Emilia mengendap-endap melangkah ke samping Bibi An yang sedang serius dengan masakannya.
Namun suara alas kaki Emilia yang begitu nyaring membuat Bibi An menoleh kepadanya. ”Nona Emilia.. ”. Panggil Bibi An
”Bibi An.. Pagii”. Sapanya kaku. ”Iya nih Bi. Ohya.. Ada yang bisa Emilia bantu?”. Tanya Emilia, ia memperhatikan dengan seksama apa yang sedang di lakukan Bibi An.
”Tidak perlu Non.. Ini hanya menu sederhana dari Indonesia”.