Chapter 181 - 181. Amarah Julian (1/2)
Baru saja di bicarakan Putri Nadia beserta Julian sudah sampai di ruang makan. Julian spontan kaget melihat wanita asing beserta seorang anak laki-laki asing tengah sarapan bersama Silvia dan Ludius.
”Selamat pagi Mbak Silvia”. Sapa Nadia di ambang pintu bersama Julian.
”Pagi adik, sepertinya aku mengganggu sarapan kalian”. Sapa Julian. Ia melihat ke arah Ludius dengan tatapan tajam seakan meminta untuk segera menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Julian marah..! Tentu saja, ia adalah pria yang selalu mendukung Silvia selama Silvia berada di Indonesia. Julian bahkan sempat menaruh rasa pada Silvia, tapi ikatan yang terlalu dekat dan kuat justru membuat mereka hanya bisa sebatas saudara.
Kedatangan Julian pasti akan berhubungan secara tidak langsung dengan ibu mertuanya (Yuliana Alfarezi). Ludius sadar hal ini suatu saat pasti akan terjadi, hanya saja ia belum tahu bagaimana caranya untuk menyampaikannya pada Ibu Mertuanya (Yuliana Alfarezi) nanti.
Ludius merasa bersalah ketika melihat sorot mata tajam Julian yang meminta pertanggung jawabannya mengenai keadaan Silvia. Terlebih lagi Julian justru melihat secara langsung keadaan seperti ini, yang mungkin akan membuat Julian beranggapan bahwa Silvia mengalami ketidak adilan darinya.
Bagaimana caranya seseorang menjelaskan hal ini agar tidak menyakiti siapapun?. Disatu sisi Silvia dan disisi lain masih ada Azell yang memiliki kecerdasan tersendiri untuk mencerna setiap perkataan orang lain.
Ludius mendekatkan wajahnya ketelinga Silvia. ”Sayang, persilahkan Putri Nadia dan Julian untuk duduk. Jika Julian mendesak, biar aku yang akan menjelaskannya nanti”. Bisik Ludius
”Baiklah, aku mengerti. Kamu tenang saja suamiku, aku akan mencoba membuat Kakak Julian mengerti”. Balas Silvia dengan mengangguk pelan.
Silvia beranjak dari kursinya, ia menghampiri Nadia yang masih berdiri di ambang pintu dengan ramah. ”Putri Nadia, Kakak Julian.. Mengapa kalian masih disini. Mari masuk, kita sarapan bersama. Kebetulan aku masak masakan Indonesia loh”. Bujuk Silvia. Ia mengantar Nadia beserta Julian untuk duduk bersama di meja makan yang masih kosong.
Julian yang masih sanksi dengan apa yang di lihatnya memandang Silvia dengan isyarat sebuah pertanyaan, berharap Silvia mau menjelaskannya sebelum ia sendiri yang mengajukan pertanyaan.
Silvia yang memahami isyarat Julian hanya menggelengkan kepala pelan. 'Jangan sekarang Kak Julian!'. Batin Silvia.
Namun sepertinya rasa penasaran dan nalurinya yang kuat membuat Julian akhirnya mengajukan pertanyaannya.
”Tuan Lu, kau sepertinya memiliki tamu penting hingga dia ikut sarapan bersama kalian?. Apa kau tidak akan mengenalkannya pada Kakak iparmu ini?”. Tanya Julian yang terkesan menyindir.
Ludius terdiam sejenak, ia masih ragu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, tiba-tiba Silvia menggenggam tangannya, ia yang merasa bimbang melihat wajah Silvia yang tersenyum padanya seketika membuatnya merasa lebih tenang.
”Biar aku yang mengatakannya”. Kata Silvia lembut.
”Kak Julian, kita sedang ada dimeja makan tidak baik mengajukan pertanyaan atau berbicara, aku pasti akan mengatakannya nanti. Lagi pula Putri Nadia ada disini, tidak baik membuatnya merasa tidak nyaman”. Tegur Silvia, hanya ini yang bisa Silvia katakan untuk menunda sampai ia memiliki waktu yang tepat untuk berbicara pada Julian.
”Baiklah.. Maafkan aku Nadia, mungkin kamu sedikit tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Lanjutkan saja sarapannya”.
”Jangan terlalu difikirkan Mbak, aku santai kok orangnya”. Sambung Nadia santai.
Ludius berfikir ia mungkin telah memperbaiki kondisi di ruang makan setidaknya sampai Shashuang atau Azell pergi. Namun disaat semua hampir menyelesaikan makanan mereka, Shashuang yang sejak awal geram dengan Silvia memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Ludius berselisih dengan Julian.
”Hallo Tuan dan Nona, sepertinya tadi kalian mempertanyakan saya…”. Sapa Shashuang yang barusaja menyelesaikan sarapannya.
”Benar, Apakah kau tamu dari Ludius?”. Tanya Julian tanpa basa basi.
”Aku adalah tamu penting dari Tuan dan Nyonya Lu. Bahkan lebih penting dari sekedar tamu”. Kata Shashuang basa basi, hingga membuat Julian terpancing emosi.