Chapter 180 - 180. Sarapan Pagi, (2/2)
”Tentu.. Azell, temani Mamamu untuk sarapan bersama disini. Kebetulan aku masak lumayan banyak dan masih cukup untuk beberapa orang”.
Bibi Yun datang membawa Nasi goreng yang Ludius masak, serta beberapa makanan pendamping seperti tempe goreng, lalapan serta sambal, semua khas masakan Indonesia. Terlebih lagi ada makanan penutup berupa pudding mangga dan es buah. Lengkap bukan??
”Ayo Nona Shu dan si kecil Azell, silahkan di nikmati sarapannya. Nasi goreng inu eksklusif buatan Ludius loh..!”. Kata Silvia mempersilahkan tamunya untuk sarapan.
Silvia mengambil piring dan mengambilkan beberapa sendok nasi goreng, tempe goreng, lalapan serta sedikit sambal lalu di berikan pada Ludius.
”Suamiku.. Ini sarapannya”. Kata Silvia.
”Terima kasih sayang”.
Shashuang yang melihat menu sarapan Ludius heran, sejak Shashuang mengenal Ludius ia memang tahu betul kalau Ludius tidak suka pedas. Lalu mengapa sekarang justru sebaliknya??
Kalian pasti sama seperti Nona Shu yang baru tahu kalau si Tuan Lu ini suka sambal. Nah.. Sebenarnya ada kisah dibalik Tuan Lu suka sambal. Tapi untuk hal satu ini, akan dibahas nanti jika waktunya telah tiba.
”Ludius, bukankah kau tidak menyukai pedas?”.
”Dulu memang iya, tapi semenjak Silvia selalu masak masakan aneh yang mendominasi rasa pedas, Lambat laun aku juga menyukainya. Itu tidak buruk”. Katanya santai, Ludius mengambil memegang garpu dan sendok. Ia mulai menyantap menu sarapan pagi nya.
”Oh..”. Jawab Shashuang singkat.
Azell yang mengambil nasi goreng serta lauknya terlihat menikmati sarapannya, ia bahkan terdiam dan seolah tidak mendengarkan bahkan mengabaikan perdebatan dingin diantara mereka.
Suasana menjadi sunyi, hanya ada suara ketukan sendok atau garpu yang bergesekan dengan piring. Mereka larut dalam diam, dan entah apa yang ada dalam fikiran masing-masing.
Bibi Yun dari arah ruang tamu datang dan berbisik. ”Tuan, ada Tuan Julian dengan seorang wanita berkunjung”.
Ludius menghentikan makannya, ia berfikir sejenak mendengar perkataan Bibi Yun. 'Apakah wanita yang dimaksud adalah Nadia. Dia wanita baik dan terlihat menyukai Kakak Lian. Tapi mengapa Kak Lian terkesan cuek?'. Batinnya.
”Persilahkan mereka masuk Bi, langsung saja antar ke ruang makan untuk sarapan bersama”.
”Baik Tuan”. Bibi Yun berlalu pergi ke ruang tamu.
”Sayang, sepertinya Julian dengan Putri Nadia datang kemari”. Kata Ludius memecah keheningan.
”Kebetulan sekali kita sedang sarapan, Nadia pasti senang bisa makan masakan Indonesia”. Silvia yang duduk disamping Ludius mendekat padanya. ”Sayang sekali Kakak Lian tidak ada disini”. Bisik Silvia.
”Kau menyadarinya juga Sayang?”. Balas Ludius kaget.
”Hei Tuan Lu..! Aku ini juga wanita normal. Wajarlah aku mengetahui gerak-gerik Putri Nadia. Padahal Putri Nadia itu wanita yang belum pernah mempunyai pasangan loh! Haduh.. Rugi Kakak Lian jika tidak bisa mendapatkan Putri Nadia”. Ujar Silvia cerocos.
”Iya aku tau, lanjutkan sarapanmu. Jika ada waktu aku akan membicarakan ini dengan Kakak Lian”.
Dasar kaum wanita.. Kalau menyangkut masalah pasangan pasti sudah maju duluan. Paling awal bergosip dan menjodohkan. ”Huuft..”. Ludius hanya bisa menghela nafas.