Chapter 178 - 178. Kenakalan Suami Bag. 2 (2/2)

Sejenak Ludius terdiam, ”Ish.. Kau pandai membuat alasan”. Ludius melepas Silvia dan beranjak dari atas tubuh Silvia.

”Baiklah, sayang pagi ini kau menang. Tapi sebelum ittu... ”. Lagi-lagi Ludius menarik Silvia hingga jatuh tepat ke dalam pelukan Ludius. Tanpa aba-aba Ludius mencium bibir merah Silvia.

'Ciuman yang lembut, meski ini sebuah paksaan. Mengapa aku menikmatinya?'.

Perlahan ia melepas ciuman Ludius. Silvia yang terlanjur malu memilih untuk langsung pergi dari depan Ludius.

”Ingatlah aku akan menunggumu malam nanti Sayang..”. Teriak Ludius sedikit mengingatkan. Ludius melepas Silvia yang sudah menahan malu hingga tergambar jelas merah merona yang menghiasi wajahnya.

Istri liar yang sungguh pemalu, bahkan setelah menikah beberapa bulan masih tidak sanggup menahan rona merah hanya karena sebuah ciuman. Silvia yang seperti ini Benar-benar seperti saat pertama kali bertemu..

***

Silvia yang masih memakai handuk kimono berjalan cepat kekamar sebelah untuk sekedar mengganti pakaian. Silvia tahu jelas kalau dirinya masih tetap di kamar bersama Ludius, ia tidak akan semudah itu lepas dari suaminya.

”Pakai Dress apa enaknya yah hari ini?”. Silvia memilih Dress di dua lemari. Ia menemukan sebuah Dress sederhana dengan lengan dan bagian dada yang tertutup. Silvia segera memakai Dressnya sebelum Ludius menyusul dirinya kekamar sebelah.

”Sayang.. Kamu ada didalam?”. Tanya Ludius yang berada di luar pintu kamar.

”Sebentar.. Masih belum selesai Tuan Lu”. Silvia lagi-lagi memilih pakaian yang sulit untuk dipakai. Ia kesusahan menarik resleting belakang yang memanjang kebawah.

”Sayang.. Kalau kamu kesusahan apa salahnya meminta bantuanku?”.

Silvia berjingkat, ia kaget dan langsung menoleh kebelakang. Bagaimana tidak.. Seseorang masuk tanpa meninggalkan suara apapun.

”Tuan.. Kau hantu atau apa? Kalau masuk kekamar seseorang permisi dulu kek! Main selonong itu nggak bener!”. Omel Silvia.

”Baiklah istriku yang cerewet, sekarang berbaliklah kedepan. Biar ku bantu menarik resletingnya”.

Mungkin membantu menarik resleting hanyalah alasan Ludius belaka, mereka yang sedang berdiri di depan cermin membuat Ludius mendekap Silvia dari belakang. ”Lihatlah ke cermin sayang.. Didalam cermin terlihat jelas aku sedang mendekapmu”.

Silvia menoleh tepat kewajah Ludius. ”Apa maksudmu Tuan?”.

”Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mengatakan, dimanapun kamu berada aku akan selalu menemanimu seperti ini”.

Lagi-lagi perkataan sederhana Ludius mampu menembus kedalam perasaan Silvia. Seorang Ludius yang memiliki segalanya dan mampu mengatakan kesombongan serta keangkuhan justru memilih kata sederhana untuk mengungkapkan perasaannya. Seakan Ludius membuang semua yang ia punya dan memilih merendah di depan istrinya.

Perasaan Silvia tentu sejenak melayang, wanita manapun jika mendengar suami membuang kesombongannya dan merendah didepan istri dengan kata-kata sederhananya pasti akan takluk.

”Ehm.. Tuan Lu, aku ingin makan nasi goreng buatanmu”. Rengek Silvia tiba-tiba memecah suasana yang tengah romantis.

Seketika Ludius mengeryitkan kening, ia tentu saja kesal suasana yang tengah romantis pecah hanya karena sebuah Nasi goreng.