Chapter 178 - 178. Kenakalan Suami Bag. 2 (1/2)
Keesokan harinya,
Pagi bersambut dengan suara kicauan burung yang singgah di pepohonan dekat taman rumah. Terik matahari yang masih samar-samar sembunyi menyusup melewati celah jendela menyorot tajam kedalam kamar yang gelap.
Mungkin sekarang waktu menunjukkan sekitar pukul 05.00, Silvia yang semalaman tidak bisa tidur karena memang sedang dalam keadaan kurang baik, ia juga terganggu dengan Ludius yang sengaja tidur telanjang dada mendekap erat dirinya.
Silvia membuka selimut dan perlahan beranjak dari kasur karena takut membangunkan suaminya yang akhir-akhir menjaganya. Ia mengambil handuk dan berencana untuk mandi selagi Ludius masih belum bangun.
Meski suhu tubuhnya belum sepenuhnya turun, tapi jika Silvia menunda mandinya, ia tidak tahu lagi apa yang akan terjadi kalau Ludius sampai mengetahui dirinya sedang ada dikamar mandi.
”Arrgh.. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika pria mesum itu benar-benar memergoki aku sedang mandi. Kemarin malam saja dia terang-terangan telanjang dada tidur disampinku tanpa malu!!”. Gerutu Silvia. Tiba-tiba saja Silvia teringat Ludius yang baru keluar dari kamar mandi. It's so perfect body.. Hati dan fikiran Silvia sejenak tidak terkendali.
Suara gemercik air shower di pagi hari rupanya membangunkan Ludius yang masih menikmati paginya. Sejurus fikirannya berubah liar mendengar suara shower yang mengganggunya.
”Sejak menikah, aku jarang sekali melihat istriku mandi didepan ku. Sekali-kali tidak masalahkan kalau aku menantinya keluar dari kamar mandi, atau lebih baik aku temani istriku mandi saja?”.
Ludius merubah posisi tidurnya menyamping menghadap ke arah pintu kamar mandi dengan tangan menyangga kepala, seolah menanti saat dimana Silvia keluar.
Krekk…
Silvia dengan santainya keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk kimono, ia yang berjalan sambil mengeringkan rambut dengan handuk terlihat seksi. Tubuh tinggi semampai yang hanya memakai kain kimono untuk menutupi sebagian tubuhnya berpadu dengan rambut basah yang menetes serta wangi dari lulur, seketika memikat Ludius.
”Sayang.. Pagi ini kamu terlihat cantik, sayang sekali aku jarang melihatmu seperti ini”. Sapa Ludius.
Silvia langsung mengangkat kepalanya melihat kearah kasur. Benar saja Ludius sedang memandangnya dengan santai tanpa mengedipkan matanya. ”Apakah Tuanku ini sangat menyukai pemandangan yang erotis? Sudah berapa wanita yang kau pandangi seperti ini!!”. Tanya Silvia ketus, ia melemparkan handuk basahnya pada wajah Ludius.
”Makan nih handuk!! Dasar mata keranjang!!”. Silvia pergi dari hadapan Ludius,
Secepatnya Ludius beranjak dari kasur dan menarik lengan Silvia hingga jatuh ke atas ranjang. ”Sayang, kamu tahu apa arti bagi seorang pria jika ada wanita melempar handuk padanya?”.
Ludius memblok tubuh Silvia hingga ia tidak bisa berkutik. Posisi Silvia yang terbaring tepat di bawah Ludius memaksanya untuk melihat jelas wajah Ludius. ”Mana kutahu! Aku ini wanita polos baik-baik, mana mungkin aku tahu hal seperti itu”. Kata Silvia berkilah.
”Sayang.. Sejak beberapa hari kau selalu memancing keliaranku. Sepertinya istriku ini memang perlu di beri sedikit pelajaran atau olahraga pagi agar tidak jahil kepada suamimu”. Harum tubuh Silvia membangkitkan gairah Ludius, ia mencium leher hingga kebagian belahan dada.
Wajah Silvia mulai memerah menahan hasrat yang Ludius berikan, ia mendesah setiap menerima sentuhan yang Ludius berikan.
”Suamiku hentikan, aku sedang hamil. Bukankah kau tahu kalau olahraga seperti ini tidak baik untuk wanita hamil?”. Cegah Silvia.
”Selama beberapa bulan ini kita tidak melakukannya, tidak ada yang salah jika kita melakukannya sesekali. Sayang jangan khawatir, aku akan melakukannya dengan lembut”. Balas Ludius, ia masih belum mau menghentikan keliarannya.
Suhu tubuh Silvia yang semula sudai mulai turun tiba-tiba naik secara drastis. Perasaan dan ingatan malam pertama singgah begitu saja membuat Silvia tidak bisa lagi menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.
Namun Silvia sadar, ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain seperti ini, apalagi Azell senang masuk kekamar seseorang tanpa bersuara. Ia yang sudah ada dalam genggaman Ludius bingung mencari cara agar Ludius menghentikan niatnya.
”Tap.. Tapi, ini masih pagi Ludius. Bagaimana kalau Azell tiba-tiba main kerumah dan masuk kekamar ini? Apa kamu tidak takut ketahuan anakmu sedang bermain?”. Kata Silvia masih beralasan.