Chapter 179 - 179. Kenakalan Suami Bag 3 (1/2)

”Sayang, sepagi ini ada apa kamu minta nasi goreng? Kondisimu kan masih belum pulih, Untuk saat ini hanya boleh makan bubur!”. Ludius memperingatkan kondisi Silvia saat ini.

”Ayolah sayang, sepagi ini aku benar-benar ingin makan nasi goreng buatanmu, Nggak mau yang lain”. Silvia geleng-geleng kepala menolak manja.

Jangan berfikir kalau Silvia itu adalah wanita dewasa yang tidak melakukan banyak kekonyolan hanya karena suaminya seorang terpandang atau dirinya wanita yang bermartabat. Silvia yang seperti ini justru selalu membuat Ludius berfikir

Wanita menarik seperti Silvia cukup hanya aku yang mengetahui kekonyolannya.

Ludius sesaat tersenyum simpul kala mendengar kata SAYANG..! Sejak kapan Silvia mulai menjadi wanita yang begitu ROMANTIS??

”Istriku tercinta, Memang harus banget ya.. Suamimu ini masakin nasi goreng untukmu?”. Tanya Ludius pelan,

”Harus!! Ini yang minta calon baby kamu loh.. Bukan aku!!”. Timpal Silvia sewot. Ia memalingkan tubuhnya membelakangi Ludius.

”Baiklah.. Aku mengaku kalah”. Ludius kembali mendekap Silvia untuk menenangkan perasaannya. ”Kamu duduk dulu sayang, tunggu aku di ruang makan. Ingat! Jangan melakukan hal konyol lagi seperti kemarin”.

”Ok!!”. Jawab Silvia singkat sambil melingkarkan jemarinya membentuk huruf O. ”Selamat berjuang Mr. Lu”. Katanya dengan Ciuman lembut melesat di wajah Ludius. Silvia pergi dari kamar dengan senyum manisnya yang menggoda.

Ludius yang masih memakai pakaian tidur lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dikamar mandi dengan shower yang mengucur deras tangannya begitu saja memegang pipinya yang menerima ciuman Silvia. Hangatnya bibir Silvia seakan masih membekas.

”Satu hari, hanya satu hari saja seperti ini rasanya tidak buruk. Meski pada akhirnya aku harus kembali pada sebuah kenyataan”.

Beberapa saat telah berlalu, setelah keluar mandi dengan tubuh hanya berbalut handuk. Ludius membuka lemari pakaian, ia berniat langsung memakai kemeja karena ia memang harus pergi kekantor. Namun pandangan matanya tertuju pada sebuah hem yang tergantung bersama pakaian yang lain.

”Hem ini adalah pemberian dari Silvia waktu di Indonesia dulu, tidak ada salahnya aku pakai bersamaan dengan jas”.

Ludius mengambil hem hitam dengan campuran aksen batik solo yang khas. Lalu ia mengambil Jas dan celana resmi untuk dipakainya nanti ketika akan berangkat ke kantor.

”Model hem yang sebenarnya sederhana namun modis, tidak buruk juga”.

Ludius berdiri di depan cermin untuk membenahi diri setelah memakai hemnya. Ia bergegas keluar kamar untuk memasak sarapan pagi, ia tidak ingin Silvia menunggu lama.

***

Didapur Bibi Yun sedang mempersiapkan sarapan untuk mereka. Ia bingung sekaligus kagum melihat Tuannya ada didapur dengan pakaian yang tidak biasa Ludius pakai.

”Bibi Yun, kau bisa lakukan pekerjaan yang lain. Aku akan memakai dapur ini sementara”. Kata Ludius yang baru saja datang, ia mengambil celemek yang tergantung di lemari dapur.

”Baik Tuan, ada yang bisa saya bantu?”. Tanya Bibi Yun. Ia masih heran dengan apa yang akan Ludius lakukan.

”Tidak perlu, kau boleh pergi”.

”Baik Tuan”. Bibi Yun tidak ingin mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi. Ia langsung pergi meninggalkan bahan-bahan yang sudah ia racik untuk membuat menu sarapan.