Chapter 165 - 165. Hati tetaplah Hati (2/2)

”Tidak ada yang salah dan tidak pantas bagi seorang wanita untuk merasakan cemburu dan terluka!”. Dari pintu Zain masuk begitu saja,

”Sejak kapan kamu menguping perkataan orang lain? Dasar tidak tahu malu”. Silvia memalingkan wajahnya dari Zain.

Zain melangkah ke samping ranjang dan duduk melihat tingkah Silvia yang sedang merajuk.

”Salahkan dirimu sendiri yang melamun tanpa memperdulikan keadaan disekiitarmu. Aku tidak tahu apa yang difikirkan oleh kalian para wanita, sudah tahu pria yang kalian nikahi akan selalu membuat kalian patah hati,tapi mengapa kalian masih mau hidup dengan pria seperti mereka?”.

Zain yang tetap duduk disamping ranjang membuat Silvia merasa bahwa Zain benar-benar sedang menguji kesabarannya. Dia memalingkan wajahnya dan benar saja Zain sedang duduk memperhatikannya.

”Berhentilah mengolok-olokku, Zain.. Kamu mengatakan hal seperti itu padahal kamu sendiri seorang pria. Lalu aku tanya padamu, mengapa kamu terus membuntutiku dan menolak untuk memiliki pasangan hidup. Tidakkah kamu lebih menyedihkan dari pada aku?”.

”Pfft… Haha.. Silvia, sejak kapan kamu mulai pandai bermain kata-kata?. Bukankah sudah jelas, aku disini untuk melindungimu. Suamimu sendiri yang menerimaku untuk menjadi pelindungmu. Lagi pula kamulah yang mengatakan jodoh itu takdir, siapa tahu bahwa kamu sebenarnya berjodoh denganku di kemudian hari..”

”Hubungan kita telah berakhir sejak saat kamu memilih wanita lain, jangan kamu gunakan kata TAKDIR untuk menutupi kesalahanmu”.

”Silvia, aku hanya melakukan kesalahan sekali dan aku sudah menyesalinya. Tapi mengapa kamu belum mau menerimaku? Disisi lain Ludius selalu membuatmu merasakan patah hati berulang kali, namun kamu tetap saja memilih dia. Apa ini adil?”.

Mendengar perkataan Zain yang benar secara logika membuat Silvia diam kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa semua argumen di patahkan seketika hanya dengan beberapa kalimat dari Zain.

”Apa yang kamu katakan memang benar, aku memang bodoh lebih memilih Ludius dari pada kamu yang hanya menyakiti perasaanku sekali, akupun tidak bisa membantah semua yang kamu katakan karena itu memang adanya. Tapi.. Hati tetaplah hati, pada saat itu kamu melepas hatiku begitu saja tanpa mempertimbangkan perasaanku kembali. Sekarang di hatiku hanya ada Ludius, meski aku selalu merasa terluka dengan masa lalunya, namun Ludius tidak pernah meninggalkan dan melepas hatiku begitu saja”.

Zain tercengang dengan penjelasan Silvia, dia menghela nafas menyadari bahwa sampai kapanpun dia takkan bisa menggantikan Ludius di hati Silvia.

”Baiklah.. Jawabanmu sudah cukup untukku dengar. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa memperbaiki hubungan kita. Tapi aku tetap akan terus menanti hari dimana kamu melihatku sebagai seorang Zain yang pernah kamu cintai”.

”Hubungan kita tidaklah seretak itu, aku dari dulu sudah mmenganggapmu sebagai Kakakku sendiri. Tidak pernah terfikirkan olehku untuk mengakhiri hubungan dengan cara yang salah”.

”Yah.. Harus aku akui, Silviaku memang sudah dewasa dan menjadi lebih bijak”.