Chapter 165 - 165. Hati tetaplah Hati (1/2)

Drrt.. Drrt..

Ponsel milik Ludius bergetar, terlihat panggilan masuk dari Azell

[”Pa.. Kakek Rossman sepertinya mulai mencurigai kalau Dokumennya telah di salin oleh seseorang. Ketika aku kembali.. Kata pelayan Mama yang baru saja pulang dari Mall sudah di bawa pergi oleh seseorang. Pah, aku sangat mencemaskan Mama, aku harap Papa juga mau memperhatikan Mama sama seperti Papa memperhatikan Bibi Silvia”.] Kata Azell penuh kekhawatiran.

[”Maafkan Papa Azell, karena Papa belum bisa bersikap adil padamu dan Ibumu. Tapi Azell tidak perlu khawatir, Papa akan mencari keberadaan Mamamu dan membawanya kembali padamu”.]

[ ”Papah janji akan membawa Mama pulang kembali?”.]

[”Tentu saja, ini adalah janji di antara laki-laki. Papa pasti akan menepatinya”.]

[”Kalau begitu, aku tunggu Papa di rumah. Jaga diri Papa baik-baik”.]

Ludius memutuskan telefonnya, dan melihat Silvia yang masih memperhatikannya. Ludius mencium kening Silvia, dia ingin mengatakan kalau dia harus menyelamatkan Shashuang tapi mulutnya sama sekali tidak dapat ia gerakkan.

”Suamiku, apa terjadi sesuatu dengan Nona Shu?” (panggilan Shashuang)

”Seperti yang kamu dengar Sayang, Shashuang tiba-tiba dibawa pergi oleh seseorang. Aku tidak tahu itu orang dari Rossman atau lainnya, dan aku... ”. Mulut Ludius seperti terkunci dan sulit untuk mengatakan hal yang mungkin mengingatkan Silvia bahwa ada orang lain di sisi Ludius selain dirinya.

”Mengapa kamu menghentikan perkataanmu? Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Ludius.. Segala sesuatu di dunia ini selalu saling berkaitan. Semua kesalahan di masa lalu tidak akan pernah bisa kamu hapus meski kamu ingin. Hukum karma selalu berlaku di hadapan Tuhan, maka dari itu ada sebuah istilah dosa dan pahala. Sekarang belum terlambat untukmu memperbaiki kesalahanmu. Pergi selamatkan Shashuang, jangan biarkan Azell merasa kamu menelantarkannya dan Ibunya. Aku akan baik-baik saja disini menunggumu kembali”. Kata Silvia bijak.

”Sayang.. Maafkan aku karena sampai saat ini belum memberimu kebahagiaan. Tidak seharusnya kamu ikut menanggung kesalahan yang pernah ku perbuat”.

”Jangan katakan itu lagi, aku memutuskan untuk menjadi istrimu karena aku ingin berada disisimu dalam suka maupun duka. Pergilah”.

”Sayang tetaplah disini sampai aku kembali”. Ludius membelai rambut Silvia, dia sekali lagi mencium kening Silvia dan meninggalkan Silvia sendiri di ruang rawat.

Ludius telah pergi, seketika ruang dan perasaan Silvia terasa hampa. Meski Silvia mengatakan bahwa dia baik-baik saja, tapi HATI tetaplah HATI yang sampai kapanpun tidak bisa di bohongi.

”Aku kira dengan mengatakan semua baik-baik saja akan membuat perasaanku menjadi lebik baik, tapi ternyata aku masih saja merasa terluka. Apakah ini pantas?”. Gumam Silvia.