Chapter 130 - 130. Prosesi adat jawa Sindur Binayang (2/2)

Dengan piring ditangan mereka, Silvia dan Ludius menyuapi satu sama lain.

”Sayang.. Lihatlah, Bibirmu belepotan. Haruskah aku bersihkan dengan bibirku juga? ”. Bisik Ludius jahil. seketika memalingkan wajahnya menahan malu.

”Tuan Lu.. Kamu.. Kamu jangan sembarangan bicara. Disini banyak orang tahu! ”.

Ludius memegang dagu Silvia dan mengalihkan wajah Silvia kearahnya. Ludius menyeka bibir Silvia dengan ujung jarinya dengan lembut membuat para tamu undangan yang hadir terkesima.

”Sayang.. Lihatlah wajah merahmu itu, kalau kamu seperti ini terus, bisa-bisa aku tidak bisa menahan diri lho.. Yang barusan Aku hanya bercanda, mana mungkin aku menciummu ditemoat seperti inu dengan banyak orang yang memandang kita. Atau jangan-jangan sebenarnya kamu menginginkannya yah? ”.

”Tuan Lu.. Apakah bercanda di tempat seperti ini adalah hal lucu bagimu?. Dasar Tuan mesum! ”.

Melihat Silvia merajuk Ludius menyuapi Silvia kembali hingga harus mengunyah makanan dengan wajah cemberut. ”Kalau kamu lapar, katakan saja sayang.. Tidak perlu cemberut seperti itu aku juga akan menyuapimu kok! ”.

Setelah saling menyuapi, prosesi selanjunya adalah SUNGKEMAN , ini juga sebagai prosesi terakhir dalam rangkaian prosesi pernikahan secara adat.

Silvia dan Ludius beranjak dari tempat duduk mereka dan mulai memberi sungkeman kepada kedua orang tua wali mereka. Sebagai perwakilan dari orang tua Ludius adalah Paman dan Bibi Zhuan sedangkan dari pihak Silvia Ibu Yuliana dan Paman Brahmantya.

”Tuan Lu.. Apa tidak apa kamu melakukan prosesi ini? Ini adalah prosesi penting dalam rangkaian pernikahan ini”. Bisik Silvia.

”Sayang.. Apa kamu khawatir aku yang seorang pembunuh dan selalu berdiri tegak didepan orang lain tidak bisa menundukkan wajahku di hadapan orang tua wali kita?. Yah.. Kalau aku tidak bertemu dengan wanita sepertimu, mungkin seumur hidup aku tidak akan pernah menundukkan diri didepan orang lain. Aku melakukan ini karena ingin menunjukkan bahwa Seorang Ludius juga pantas dan layak untuk mendampingi wanita sepertimu walau harus tunduk di hadapan orang lain sekalipun ”.

Walau perkataan Ludius seperti itu, nyatanya Prosesi sungkeman mampu membuat Ludius diam-diam meneteskan air mata saat meminta restu pada Ibu Yuliana yang pernah merawatnya dulu. Ludius merasa seperti menyentuh kaki dari Ibunya yang telah lama meninggal.

'Ibu.. Aku harap ibu di atas sana melihat putramu yang berlumuran darah ini. Aku sudah melakukan apa yang ibu harapkan pada putramu ini. Menikahi seorang wanita dengan cara baik-baik tanpa menodainya. Seorang wanita yang mampu membawaku melihat sisi lain dunia ini. Seorang wanita yang mampu membuatku tunduk pada orang lain dan meleburkan kerasnya pendirianku akan ambisi. Aku harap ibu tenang dan tidak mencemaskan putramu ini. Jika masa itu tiba, pasti aku akan melepas semua ambisiku dan hidup seperti yang ibu harapkan '.