Chapter 123 - 123. Pingit (2/2)
”Sayang.. Kamu tidak bisakah lebih sedikit romantis? ”.
'Pria ini.. Mengapa dia bersikap seperti ini didepan Ibu dan Julian?, Benar-benar kekanakan '.
Mereka bersama keluar bersama menuju mobil masing-masing.
***
Tibalah kedua mobil didepan sebuah rumah yang megah dan luas bagi sedikit orang di Indonesia. Silvia dan Ludius keluar, mereka melihat Ibu dan Julian sudah menunggu mereka untuk masuk bersama.
Silvia memandang wajah Ibunya yang terlihat berbinar dengan penuh aura kebahagiaan walau terlihat sedikit rasa canggung. Bagaimana tidak, 18 tahun sudah mereka diasingkan dari keluarga sendiri dan kini mereka berkesempatan untuk menyapa keluarga mereka.
”Sayang.. Kamu temanilah Ibumu. Sepertinya dia sedikit kurang nyaman untuk datang kemari ”. Kata Ludius lembut.
”Ludius, terima kasih pengertiannya. Aku akan menemani Ibu masuk. Ibu sudah lama tidak menginjakkan kaki dirumah ini dan pasti itu membuatnya tidak nyaman ”. Balas Silvia. Silvia menghampiri Ibunya dan menggandeng tangannya.
Dibelakang Ludius yang sedang berjalan dihampiri oleh Julian.
”Tuan Lu.. Aku tidak menyangka hubunganmu dengan Silvia bisa sampai jenjang pernikahan. Aku kira kamu adalah Ketua dari Mafia tidak akan bisa serius dalam mencintai seseorang. Apalagi saat mendengar kabar kamu pergi ke Inggris dan tidak kembali selama dua tahun. Begitu kembali kamu justru bersama wanita baru, Benar-benar sifat dari seorang Mafia ”. Kata Julian yang terlihat menyindir.
”Kakak Ipar, Aku akui perkataanmu sedikit membuat telingaku gatal, Walau Aku tahu kamu mendengar berita hanya setengah-setengah, dan aku juga tahu bagaimana kamu memikirkan tentang diriku. Tapi perkataanku waktu itu tentang -Ingin menjalani hidup bersama Silvia, apa kamu tidak melihat kesungguhanku?. Jadi percayalah aku tidak akan mengecewakanmu Kakak Ipar ”.
Didepan pintu utama Silvia bersama Ibu dan Juga Ludius Julian berdiri. Pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan mereka.
”Akhirnya tamu kita datang juga. Mari.. Silahkan masuk. Julian, kamu temani tamu kita terlebih dahulu. Aku akan memanggil Paman untuk menemui mereka ”.
”Bibi.. Silvia, aku sepertinya tidak bisa menemani kalian begitu lama karena aku akan menemui Ayah di kantor saat ini ”. Kata Julian tidak enak hati.
”Tidak apa-apa Julian. Kamu pergilah, Ibu juga tidak sendirian ”. Silvia beserta Ibu dan Ludius duduk di Shofa yang berada ditengah ruang tamu. Wajah Ibu Yuliana terlihat cemas dan canggung membuat Silvia memandang Ludius yang duduk disampingnya.
”Kamu tenangkan Ibumu. Biar aku yang menangani semua ini. Aku berjanji, kalian tidak akan di permalukan dan mendapatkan hak kalian kembali di Keluarga Inti ”. Kata Ludius memahami kondisi dari Ibu meetuanya
Dari dalam Keluar Pria Tua yang dipapah seseorang dan menghampiri mereka.
”Selamat datang kembali di Keluarga Al farezi. Setelah belasan tahun kamu kembali juga. Yuliana, apa itu kamu? ”.
Ibu Yuliana berdiri. ”Benar Paman, Ini aku Yuliana anak dari Kakakmu yang telah meninggalkan keluarga Inti selama belasan tahun. Dan mereka adalah putri dan menantuku”. Wajah Ibu Yuliana terlihat begitu dingin.
”Kakak... Kamu jangan seperti itu, Ayah sudah Tua maka dari itu dia berkata Asal ”. Kata seorang pria yang memapah paman Ibu Yuliana. Dia membantu Paman itu duduk dan berjalan menghampiri Ludius.
”Tuan Lu.. Senang bisa bertemu dengan anda. Aku adalah paman Brahmantya, aku sudah mendengar banyak hal tentang kesuksesan anda dari Julian ”.
'Pria tua ini kah.. Yang di sebut Paman Brahmantya?. He.. Mau sampai kapan Paman ini berpura-pura baik? '. Batin Ludius.