Chapter 56 - 56 (2/2)

Sesampainya di depan rumah sakit, semua orang yang berada disana melihat mobil yang belum pernah mereka lihat. Terlihat Ludius turun dengan gayanya yang khas membuat para wanita berdecak kagum akan pesonanya.

Ludius berjalan masuk ke kamar Silvia untuk menjempunya. Setibanya didepan kamar Silvia, Lagi-lagi Ludius terpana dengan kecantikan Silvia dengan balutan Gaun malam berwarna putih tulang polos dengan sentuhan sedikit bunga di bagian pinggang menyamping dan sedikit make up natural membuat Silvia terlihat sempurna.

”Cantik..” Satu kata keluar dari mulut Ludius setelah melihat penampilan Silvia. Walau masih dalam keadaan duduk di kursi roda, ridak mengurangi keanggunan dari Silvia.

”Tuan Lu.. Saya telah selesai membantu Nona Silvia, saya permisi”. Suster keluar dari ruangan rumah sakit.

”Sayang.. Malam ini kamu begitu cantik. Aku jadi berfikiran untuk tidak membawamu keluar, takut kamu di bawa pergi Pangeran lain yang melihat kecantikanmu”.  Entah itu pujian atau sindiran, tapi membuat Silvia berbunga-bunga.

Ludius membawa Silvia keluar, dan siapapun yang melihat menganggap mereka adalah pengantin yang baru saja meresmikan pernikahan mereka.

”Tuan Lu.. Apa kamu tidak merasa bahwa semua orang menatap kita. Aku jadi malu”. Silvia melihat kesekeliling, tampak semua mata tertuju padanya.

”Abaikan Sayang, mereka hanya kagum karena kecantikanmu”.

Setelah sampai didepan, Ludius membawa Silvia menaiki mobilnya. Di perjalanam mereka mulai berdebat.

”Tuan Lu.. Mobil baru lagi.!!! Ya Tuhan, sebenarnya kamu punya mobil berapa? Terakhir aku lihat kamu pakai mobil Mercedes Benz. Sekarang aku tidak tahu ini merk apaan. Harganya berapa?” Tanya Silvia seperti ibu-ibu IRT.

”Murah ko Sayang, cuma 200 milyar”.

”Apah..!! Apa Tuan Lu butuh orang untuk menguras kekayaan Tuan? Dari pada untuk membeli hal yang tidak perlu lebih baik Tuan berikan saja pada orang yang membutuhkan”.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

” Oh.. Jadi kamu sudah mulai mengkritik calon suamimu. Aku jadi khawatir, bagaimana nanti setelah kita menikah. Aku rasa aku akan benar-benar dikuasai olehmu”. Canda Ludius.

”Sejak kapan aku memutuskan untuk menikah dengan orang sepertimu. Aku orang Indonesia apalagi dari desa yang rata-rata memiliki gaya hidup sederhana. Wajar kalau aku sedikit terkejut. Aku mempunyai impian memiliki keluarga sederhana dengan segala hal yang sederhana pula. Hidup di tempat yang asri, jauh dari hiruk pikuk pekatnya kehidupan yang membuat orang selalu merasa iri”. Kata Silvia dengan menerawang jauh kedepan.

”Sayang.. jika aku meninggalkan semua kekayaanku dan hidup seperti apa yang kamu inginkan. Apa kamu bersedia menerimaku sebagai pendamping hidupmu?”. Tanya Ludius, kini perkataan Ludius terlihat bersungguh-sungguh.

”Tuan Lu, jangan tinggalkan hal yang telah kamu miliki, itu tidak baik. Anggap saja hidup yang kamu jalani saat ini sebagai pemberian lebih dari Tuhan. Cukup kamu Syukuri. Hidup tidak harus sempurna, karena kita bukan Tuhan, tapi kehidupan akan lebih indah apabila kita bisa memaknai arti untuk apa kita hidup”.

Ludius tertegun mendengar perkataan Silvia, begitu sederhana namun maknanya begitu mendalam. 'Apa aku selama ini kurang memaknai arti hidup? Aku hidup untuk apa?'. Tanya nya dalam hati.