Chapter 34 - 34. Lumpuh!! (2/2)
Sayang.. aku baru tahu kalau kamu lebih kuat dari yang kupikirkan. Hatimu bahkan lebih kuat dari baja, Apa yang membuatmu menjadi sekuat ini?. Ludius hanya bisa berkata dalam hati.
”Ehm.. apa kedatanganku mengganggu kalian?” Suara Ling Ling membuat mereka menjadi salah tingkah. Kedatangan Lingling yang tiba-tiba membuat Ludius merasa kurang nyaman.
”Ling Ling.. Apa kau tahu kedatanganmu sangat mengganggu dan tidak tepat..!”. Tegur Ludius lirih, ia benar-benar merasa Lingling telah merusak suasana yang jarang terjadi diantara dia dan Silvia.
”Sudahlah Ludius, Dia hanya ingin menemuiku. Ling Ling aku kangen sama kamu.. Sini peluk aku..!!”. Rengek Silvia yang terdengar lirih namun terlihat manja.
”Eh.. Silvia sejak kapan kamu jadi manja sama aku?” Ling Ling menghampiri Silvia.
Tok.. Tok..
Terdengar suara ketukan pintu. Dari arah pintu datang Lithian dengan membawa satu keranjang penuh buah. ”Silvia.. bagaimana keadaanmu?”. Tanya Luthian ramah.
Namun sepertinya kedatangannya sangat tidak disambut oleh Ludius, ia menghampiri Lithian dengan setengah enggan.
”Tuan Muda Li Thian, Terima kasih karena sudah menjenguk Silvia kemari. Kamu lihat Sekarang dia baik-baik sajakan.. Jadi, silahkan keluar..!!!” Perkataan Ludius yang ramah namun tegas, benar-benar perkataan yang pedas.
Lithian yang sadar sepenuhnya dengan sikap Ludius memilih mundur.
Sedangkan Silvia yang melihat hawa dingin dari sikap Ludius merasa tidak enak hati pada Lithian yang sudah menjenguknya. Entahlah.. Dia memang seperti itu!
”Ludius.. Dia datang hanya untuk menjenguk ku. Mengapa kamu mengusirnya?”.
Jengkel, kesal.. Tentu saja! Sedikit rasa jengkel melihat Silvia membela Lithian didepannya, seakan ia adalah pria jahat sedangkan Lithian adalah pria baik bak pahlawan di siang hari.
Ludius mengacuhkan Lithian yang masih berdiri. Ia menghampiri Silvia dengan wajah yang tidak enak dilihat. ”Sayang.. kamu senangkan didatangi pria tampan dan muda seperti Li Thian?”. Bisik Ludius dengan tatapan mata penuh kecemburuan.
Ya Tuhan, aku kira diam sudah berubah. Ternyata masih seperti biasa. Egois..!!!
Silvia menunjukkan wajah cemberut nya pada Ludius yang seenaknya saja. Ia mengalihkan pandangan dan perhatiannya dari Ludius yang seenaknya saja berbicara.
”Sayang.. apakah kamu sedang merajuk?”. Ujar Ludius, ia memandang wajah Silvia dengan senyum menggoda nya.
”Tidak.. siapa yang merajuk”. Silvia acuhkan Ludius dan memanggil Lithian. ”Li Thian.. Silahkan masuk, abaikan saja orang satu ini. Dia memang dari dulu seperti itu”. melirik sinis ke arah Ludius.
Lingling dan Lithian hanya bisa tersenyum menahan tawa melihat pertengkaran kecil mereka. Mereka bagaikan orang asing dalam dunia Silvia dan Ludius.
Li Thian masuk dan menaruh buah tangannya di meja. ”Silvia, bagaimana keadaanmu?” Tanyanya kembali.
”Aku baik-baik saja hanya belum bisa menggerakkan kaki dan tangan”. Jawab Silvia dengan senyum ramahnya.
”Tuan Lu.. Sedari tadi aku memperhatikanmu, Aku tahu kalian sudah bertunangan walaupun aku tidak tahu untuk alasan apa kalian melakukan itu. Tapi hari ini aku melihatmu sedikit berbeda dari biasanya. Sepertinya kamu sedikit lebih periang, bahkan kamu mencoba membujuk Silvia yang sedang merajuk. Apa Tuan Lu sudah mengakui bahwa Tuan jatuh cinta pada Silvia?”. Perkataan yang cukup panjang dari Lithian sontak membuat Ludius mengalihkan perhatiannya pada Lithian.
Mendengar perkataan Li Thian, satu ruangan tiba-tiba hening. Silvia yang mendengar itupun langsung saja memikirkannya.
Apakah kamu benar-benar telah membuka hatimu Ludius??
Aku.. Kita.. Sejak kapan. Mengapa kamu masih diam saja?
”Ayo Tuan Lu cepat Jawab pertanyaan dari Li Thian. Apa Tuan tidak sadar, Silvia sangat menanti jawaban darimu?!” Ling Ling ikut nimbrung, membuat suasana antara Silvia dan Ludius menjadi semakin canggung.
”Jujurlah pada hatimu Tuan Lu, Kalau kamu masih menyangkalnya, Aku tidak akan segan lagi untuk merebut Silvia dari sisimu. Ingat itu..!.
Lithian menghampiri Silvia dan membelainya. ”Aku harus pergi.. Aku harap kamu memikirkan kembali kata-kataku. Aku akan selalu menunggumu sampai kamu bisa menerimaku di hatimu”. Li Thian pergi tanpa menunggu jawaban dari Silvia.