Chapter 35 - 35. Aku Jatuh Cinta (1/2)
Li Thian pergi keluar dari ruangan Silvia, begitu pula dengan Ling Ling. Kini hanya tinggal Ludius dengan Silvia yang masih terdiam satu sama lain.
”Sudah jangan fikirkan perkataan mereka, aku bukanlah orang jahat yang memaksa seseorang untuk mengatakan Hal yang seperti itu”. Kata Silvia berbicara tanpa memandang Ludius.
Aku sadar, aku sudah cacat tidak seharusnya aku menghalangimu. Kamu masih bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dengan wanita lain.
”Benarkah..! Jika seperti itu, mengapa kamu Memalingkan wajahmu dariku?. Tatap wajahku Silvia..!!”. Ludius mengalihkan wajah Silvia ke arahnya.
Silvia terlalu takut dengan perasaannya, ia bahkan tidak berani menatap wajah mata dan menundukkan wajahnya.
”Tuan Lu.. Dari awal aku memang hanya sebuah mainan ditanganmu. Hidup kita sangat terpaut jauh, Kamu seorang yang berkedudukan tinggi. Wanita bagimu hanya sebuah mainan yang kapan saja bisa kamu buang. Sedangkan aku hidup dari keluarga sederhana, yang hanya memiliki keyakinan untuk bertahan hidup. Inilah waktunya untukmu melepasku..!”. Suara Silvia semakin lirih,
Ludius mengangkat wajah Silvia, ia memaksa Silvia untuk menatap wajahnya. ”Silvia.. Mungkin kamu melihatku seperti pria brengsek yang memperlakukan wanita seperti mainan tapi sejujurnya aku merasa kesepian. Kedatanganmu membawa kehangatan dalam hidupku. Aku belum pernah merasakan apa itu dicintai, tapi kamu menunjukkan apa itu cinta. Tidak ada alasan bagiku untuk menyangkal perasaanku ini. Aku akan mengatakannya Aku Ludius Lu, AKU JATUH CINTA PADAMU Bukan sebagai wanitaku melainkan sebagai Silvia Zhu yang teguh pendirian, Seorang wanita yang hidup penuh dengan keyakinan, Seorang wanita yang selalu menjaga hati dan martabatnya sebagai seorang wanita”. Ludius mengungkapkan perasaannya dengan lantang di depan Silvia.
Silvia yang mendengar itu membelalakkan matanya, ia seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sesaat perasaan Silvia seperti embun yang mengembang diatas daun yang kering, terasa sejuk disaat teriknya matahari.
”Tuan.. hati-hati kalau bicara, Apakah menyatakan Cinta pada seorang wanita adalah kebiasaan Tuan?”.
Ludius tidak menyangka mendengar jawaban yang pedas dari pernyataan cintanya. ”Apa aku terlalu hina untuk mencintaimu?!” Tanyanya lagi.
Mengapa begitu sulit untuk menerobos relung hatimu, terlalu hinakah aku dimatamu??
”Tidak ada manusia hina di dunia ini, tapi apa perasaan itu benar-benar sebuah Cinta? Cinta dan ambisi itu seperti koin yang memiliki dua sisi. Lihatlah lebih jauh kedalam hatimu Tuan Lu. Bicara lah padanya, Apa yang sebenarnya hatimu inginkan, dan apa yang sebenarnya hatimu butuhkan”. Balas Silvia dengan perkataan yang sulit untuk ditebak.
Apakah ini sebuah penolakan atau nasihat??
”Baik.. Aku akan buktikan kalau perasaanku saat ini tidaklah salah”.
***
Sejak perdebatan hati waktu itu Ludius menjadi pria yang berubah 180 derajat di depan Silvia. Ia seperti suami siaga 24 jam yang selalu merawat Silvia
Silvia sendiri kini telah dipindahkan ke ruang rawat VVIP dengan 2 orang suster yang menjaganya. Kondisinya mulai stabil walau kondisi fisiknya masih lumpuh total.
Pagi ini Ludius datang untuk melihat kondisi Silvia dengan memakai Jas resmi sebelum berangkat ke kantor. ”Sayang.. Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Ludius menghampiri Silvia lalu mencium keningnya.
Dari luar suster masuk dengan membawa nampan berisi sarapan pagi untuk Silvia. ”Permisi Tuan Lu, sekarang waktunya Nona Silvia untuk sarapan”.
”Taruh saja makanannya di meja, biar aku saja yang membantunya untuk sarapan. Kamu boleh pergi”.
”Baik Tuan Lu”. Suster menaruh makanan di meja dan keluar meninggalkan ruangan.
Ludius mengambil piring yang sudah berisi bubur hangat dengan beberapa lauk dan sop tulang Iga. ”Sayang.. Pagi ini calon suamimu akan menyuapimu sarapan, seharusnya kamu senang dan mengucapkan Terim kasih kan.. ”.
”Namaku Silvia Zhu bukan sayang, Lagian Siapa yang memberimu izin untuk menyuapiku? kalau aku tidak mau kamu mau apa..!!”.
Perkataan bawel Silvia ingin sekali Ludius balas dengan ciuman, namun mengingat betapa bencinya Silvia dengan hal itu membuat Ludius hanya bisa tersenyum kecut.
”Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lalu aku harus memanggilmu apa, Apakah Honey..?!”
”Hei Tuan Lu..! Aku ini orang Indonesia bahkan asli Jawa tulen, gaya bahasamu benar-benar membuatku merinding”. Oceh Silvia.
”Issh… cerewet sekali kau sayang. Mudah saja bagiku untuk menyuapimu, kalau kamu tidak mau maka kamu harus di hukum, Karena telah menolak kebaikan dari calon suamimu”.