Chapter 23 - 23. Party Bag 2 (1/2)
Tatapan Ludius menyeratkan kekecewaan, Perasaannya diantara marah dan kecewa melihat Silvia saat ini. Tapi seketika Ludius tertegun melihat air mata Silvia yang menetes membasahi pipinya.
”Ludius.. Dia hanya teman yang meminta tolong padaku untuk menemaninya menghadiri Party. Aku tidak tahu kalau kamu juga akan datang. Akk aku… Tidak bermaksud membohongimu”. Silvia memandang Ludius dengan wajahnya yang basah, Dia sadar kalau kali ini dia benar-benar telah membuat Ludius marah dan kecewa.
”Oh.. jadi apa yang akan kau lakukan kalau aku tidak datang? Apa kau juga akan bermain dengannya seperti ini?” Ludius seperti hilang kendali, Dia memaksakan Ciuman nya untuk Silvia. Silvia mencoba lepas dari cengkeraman Ludius, Tapi Ludius terlalu kuat untuk seorang wanita.
”Jangan Ludius, jangan seperti ini. Aku mohon…!”. Wajah Silvia basah, dia memandang Ludius dengan tatapan memohon.
Ludius yang melihat air mata Silvia seketika berubah dan melepas cengkeraman nya terhadap Silvia. ”Jangan menangis, jangan menangis seperti ini Silvia. Maafkan aku..”. Suara Ludius terdengar lebih lembut saat mengatakan Maaf, Dia mengusap air mata Silvia lembut. Dia memeluk Silvia hangat membuat Silvia bimbang dengan perasaannya.
'Aku sadar kamu hanya mempermainkan perasaanku, Tapi mengapa aku tidak bisa tidak memikirkanmu?'.
Silvia terdiam dalam pelukan Ludius, Seandainya mereka bisa saling jujur pada perasaan mereka, Mungkin tidak akan pernah ada kesalahan pahaman diantara mereka. Nasi sudah jadi bubur, Hidup mereka saling terpaut jauh satu sama lain. Bagai langit dan bumi, mereka harus mencari jalan agar bisa bersama.
”Kamu selalu seperti ini Ludius, Kamu tiba-tiba marah tanpa alasan dan dalam sekejap meminta maaf. Kamu selalu salah paham dengan semua apa yang aku lakukan. Aku tidak tahu apa keinginanmu sebenarnya. Tapi ingatlah, aku tidak bisa kamu permainkan seperti ini”.
Silvia melepas pelukan Ludius, Dia melangkah pergi berjalan menerobos para tamu menuju pintu keluar. Dia sudah tidak menghiraukan Siapapun, bahkan Hanson yang telah mengajaknya datang.
Silvia berniat datang ke China untuk mencari keluarga Ayah yang telah lama ayah tinggal. Tapi rupanya Tuhan bermaksud membuatnya menjadi seperti ini. Maafkan Silvia Ibu.. Silvia terlalu lemah hingga jatuh pada pusaran orang-orang seperti mereka. Apakah ini juga cobaan?
Silvia berjalan kaki melewati malam yang panjang dan sunyi. Hatinya yang selalu teguh kini seakan kacau hanya karena seorang Ludius. Kendaraan lalu lalang di jalan raya, tapi Silvia tidak menemukan satupun taksi yang lewat.
Sebuah mobil berhenti tepat disamping Silvia, seseorang turun dari mobil dan langsung menghampirinya ”Silvia.. kenapa kamu bisa ada disini? Maafkan aku yang meninggalkanmu sendiri. Aku tidak tahu kalau kamu akan jadi seperti ini”. Ling Ling memeluk Silvia yang terlihat sedang dalam keadaan sedih.
”Kamu memang sahabat baik ku. Aku tidak apa-apa Ling Ling, Hanya sedikit lelah karena suatu hal”. Perasaan Silvia sedikit lebih tenang dengan kedatangan Ling Ling.
”Kita pulang bareng yah, Kak Bryan orangnya pengertian kok”. Ling Ling dan Silvia masuk kedalam mobil. Silvia pergi dari pesta membawa semua hal yang telah terjadi.
****
Mobil terhenti tepat didepan gerbang asrama Ling Ling dan Silvia turun. Sebelum mobil melaju pergi, Ling Ling menyempatkan mengucapkan selamat malam pada Bryan. Hubungan mereka terjalin begitu saja dan kini menjadi dekat. Ling Ling dan Silvia masuk kedalam asrama. Dikamar Silvia langsung membaringkan tubuhnya di kasur,
”Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu sahabatku. Tapi apapun yang terjadi, pasti ada maksud dibalik setiap kejadian. Kamu yang sabar yah..”. Ling Ling berkata sembari membereskan semua keperluan untuk Kuliah besok.
Drrrt… Drrrt…
Terdengar suara getar ponsel milik Silvia.
”Sil, tuh ada pesan masuk. Kenapa nggak dibaca, siapa tahu penting”.
”Nggak usah Ling, Bukan pesan penting ko..!” Silvia masih di tempat tidurnya dan mengabaikan Pesan yang masuk.
Drrrt... Drrrt…