Chapter 95 Pukulan berat Siska (2/2)
” Baiklah. Kamu tunggu dulu, aku akan mengambil kursi roda sebentar! ”
Siska menganggukkan kepala setuju
Riko mendorong kursi roda Siska menuju ruangan dimana ibunya dirawat. Melewati setiap lorong rumah sakit, Dengan bau obat - obatan yang tercium dimana - mana. Air mata tak kunjung berhenti mengalir dari kedua matanya. Dia yang di dorong menggunakan kursi roda oleh suami yang ternyata tidak setia, tertunduk sambil meratapi nasibnya.
” Apa yang terjadi denganku? Kenapa semua ini bisa jadi begini? ”
Batin Siska mulai bertanya - tanya.
Tanpa sengaja dia melihat Gina yang yang diajak berkeliling rumah sakit karena jenuh, dengan duduk di atas kursi roda yang didorong oleh sang suami. Tertawa bersama dan menerima perlakuan yang begitu romantis, serta perhatian dari sang suami yang membuatnya merasa iri. Batinnya pun bertanya - tanya
” Kenapa Gina selalu mendapatkan sesuatu yang lebih baik?
Kenapa dia selalu bisa tertawa pada akhirnya?
Aku sudah berusaha keras mendapatkan Riko dan semua yang menjadi miliknya, pada akhirnya aku tidak mendapatkan apapun. Aku kehilangan semuanya ”
Dia semakin tertunduk dan mulai menangis lagi.
Akhirnya dia tiba didepan ruangan sang ibu. Dia melihat dari jendela ruang rawat, ibunya yang masih koma dan belum sadarkan diri. Perhatiannya teralihkan oleh suara televisi. Dia memalingkan wajahnya ke arah televisi rumah sakit.
Disana sedang disiarkan sebuah berita mengenai perusahaan Atmaja yang akan di ambil alih oleh keluarga Kusuma. Yang kedepannya akan Yudha jadikan perusahaan baru, juga sebagai kolaborasi perusahaan pertama antara keluarga Kusuma dan Sanjaya di negara ini.
Siska semakin terkejut dengan berita ini. Dia tidak bisa menerima kenyataan pahit dimana semua yang dia miliki hilang dan ibunya masih koma. Pukulan ini terlalu berat untuknya.
” Hiks.. hiks.. hiks... Hahahaha..”
Dia menangis dan tertawa di saat yang bersamaan.
” Hiks.. hiks.. dia mengambil semuanya. Semua yang ku miliki tidak ada lagi,, hiks,, hiks,, di jahat,, jahat ”
Siska terus mencaci dalam isak tangisnya. Kemudian dia berubah tertawa
” Hahaha,, aku sudah mendorongnya hingga jatuh, dia pasti mati, dia harus mati,, dia sudah merebut semua milikku ”
” Siska, apa yang terjadi?
kenapa seperti ini?
Apa yang harus aku lakukan sekarang ? ”
Riko yang tidak mengerti pun merasa panik dan bingung. Jadi dia memutuskan untuk membawa Siska kembali ke kamarnya