Chapter 32 Kemelut Riko dan Siska (1/2)
”Riko apa yang kamu lakukan, kenapa kamu bertindak bodoh seperti ini?
Lihatlah tanganmu terluka”
Dia berlari untuk mengambil kotak p3k dan mengobati tangan Riko
”Benar bu, aku bodoh. Aku bodoh karena meninggalkan Gina untuk bersama Siska. Aku bodoh mempercayai semua perkataan Siska selama ini”
Riko tertunduk dan air matapun jatuh seketika
”Bu apa yang harus kulakukan sekarang?
Aku benar-benar tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan dengan Siska atau tidak”
”Aku menyayanginya tapi aku marah letika melihat wajahnya. Apa yang harus kulakukan bu?
Kesedihan yang terlihat diwajah putranya membuat ibu Riko pun sedih dan prihatin.
”Riko, kamu seorang pewaris keluarga ini. Kamu tidak bisa lemah dan menarik semua kata-katamu. Kamu yang memilihnya dan kamu yang bersikeras untuk bersamanya”
”Kamu harus menghadapi ini bersama tunanganmu. Ibu yakin dia melakukan ini karena mencintaimu. Dan ingat pernikahan mu dengan putri keluarga Atmaja sudah direncanakan dan kamu telah memilih Siska sebagai pendampingmu”
Dengan mengelus pundaknya sang ibu mencoba menghibur Riko. Memberikan semangat dan ketenangan pada putranya.
”Tenangkanlah dirimu dulu, pikirkan semua ini baik - baik”
Setelah selesai mengobati tangan sang anak dia pergi meninggalkannya sendiri..
Mencoba bangkit dari penyesalannya dia bergegas untuk pergi kekantor.
Dengan langkah yang lesu dan seperti dipaksakan dia tiba dikantornya. Belum sempat dia masuk keruangannya, asistennya Andi sudah berdiri didepannya sambil menganggukkan kepal dia menyapa, kemudian mengikuti Riko masuk ke ruangan.
”Tuan, nona Siska tadi menghubungi saya dan berkata ingin bertemu tuan untuk memberikan penjelasan”
Riko sempat berhenti sejenak dari aktifitasnya melepaskan jas dan hendak menggantungnya dibagian belakang kursi.
Wajah tampannya suram, pandangannya kosong, menyiratkan kehampaan dan kekosongan dihatinya. Tak lama dia pun mengeluarkan suara
” Baiklah kamu boleh pergi ”
Tak berselang lama, Siska pun datang ke kantornya. ” Nona tolong jangan masuk tuan sedang tidak ingin diganggu!”
Andi mencoba melarangnya masuk.