Chapter 546 - Makhluk-makhluk Aneh (1/2)
Han Sen merasa sangat senang. Dia sudah bersiap-siap untuk mencari makhluk penyendiri kelas atas lainnya di laut. Namun, tiba-tiba, bulu kuduknya berdiri, dan suasana hatinya yang riang gembira langsung dilenyapkan oleh firasat buruk.
”Berhenti! Jangan bergerak!” Han Sen berteriak pada Putri Duyung untuk menghentikan Istana Kristal. Dia juga ingin malaikat kecil itu menghentikan apa yang dia lakukan dan sama sekali tidak bergerak.
Sejauh yang mereka ketahui, Istana Kristal tidak dapat dihancurkan. Sekarang dia sudah aman di dalam, seharusnya sudah terbebas dari bahaya. Tetapi tetap saja, Han Sen merasa ada yang tidak beres. Dia tidak dapat menghapus perasaan tidak enak, dan karena khawatir, badannya terus menerus mengeluarkan keringat dingin.
Sejak dia mempelajari tahap pertama Kulit Giok, daya tangkap dan sensitivitasnya terus meningkat. Han Sen adalah seorang pria yang mampu merasakan apa yang sedang terjadi di sekitarnya.
Dia tidak bergerak sedikitpun. Dia menggunakan matanya untuk mengintip melalui jendela Istana Kristal untuk melihat laut dalam yang hitam dan menakutkan. Tidak ada yang aneh. Kawanan ikan berenang melewati jendela. Mereka terlihat senang.
Di dasar laut yang terbentuk dari pasir, berkelana berbagai jenis kehidupan laut.
Walaupun suasananya sangat tenang, Han Sen tetap merasa ada yang tidak beres. Badannya mulai bergemetar.
Tiba-tiba, seekor makhluk besar muncul di hadapan Han Sen. Seekor hiu perak sepanjang 30 meter. Tubuhnya dipenuhi dengan sisik metalik. Pada saat hiu itu berenang, gelombang besar menyertainya.
Hiu perak raksasa terlihat mengerikan. Tetapi setelah Han Sen mengamatinya dengan cermat, dia menyadari bahwa itu bukan inti dari kecemasannya. Dan itu bukan yang membuatnya merasa takut.
Hiu perak membuka mulutnya, berusaha untuk menelan sejumlah besar ikan. Seolah-olah mereka dapat dikonsumsi dalam satu lahap, ikan-ikan yang merasakan kondisi yang berbahaya mulai berenang dengan panik. Situasinya sangat kacau.
Saat ini, Han Sen melihat secercah cahaya biru di kejauhan. Ketika cahaya itu semakin mendekat, kekuatan sinar birunya semakin meningkat. Kemudian cahaya itu mulai berlompatan dengan aneh ke sekeliling.
Ketika cahaya biru semakin mendekat, kecemasan dalam hati Han Sen bertambah. Ketika cahaya itu akhirnya mencapai jarak yang bisa dilihat, Han Sen akhirnya mengetahui apa itu.
Itu adalah kuda laut setinggi 3 meter. Tubuhnya bersinar biru, seolah-olah terbungkus dalam bara api biru menyala.
Seekor kuda laut biru raksasa. Kulitnya walaupun berwarna biru, warnanya agak pudar seperti kulit pohon yang sudah termakan cuaca. Namun tidak demikian dengan sepasang matanya, berkilauan seperti sepasang safir berkualitas tinggi. Secercah cahaya biru yang dingin bersinar dari dalamnya. Jika kau menatap sepasang mata itu, akan terasa seolah-olah ditarik ke dalam sumur keputusasaan yang tidak berdasar.
Dahi Han Sen meneteskan keringat dingin, dan tetesan keringatnya sudah mencapai pipi. Ketika dia mengamati kuda laut, dia sama sekali tidak bergerak. Ternyata kehadiran kuda laut inilah yang membuatnya merasa ketakutan.
Ketika kuda laut mendekat, tubuh hiu perak raksasa terdiam di air. Dia kemudian mulai bergemetar, seolah-olah melihat sesuatu yang mengerikan.
Kuda laut tidak berenang dengan bergegas, sebaliknya dia membiarkan dirinya terbawa arus menuju ke hiu. Semakin kuda laut itu mendekat, hiu menjadi lebih bergemetar. Namun, dia tetap terkunci di posisinya, tampaknya tidak mampu bergerak.
Akhirnya, kuda laut mencapai hiu perak raksasa. Walaupun kuda laut itu tidak terlalu kecil, ukurannya menjadi kerdil jika dibandingkan dengan hiu perak. Betapa anehnya melihat seekor hiu perak sebesar itu merasa ketakutan dengan kuda laut yang begitu kecil! Sisik-sisik metalik ikan hiu bergemetar karena ketakutan.
Kuda laut biru menatap hiu sejenak, kemudian membuka mulutnya seperti speaker. Seberkas bara biru keluar dari mulutnya, namun tidak padam oleh air laut. Bara itu ditembakkan ke sisik hiu perak.