1 (2/2)

Semua jenis ilmu bela diri kuno telah dikembangkan kembali, dan setelah mengalami perkembangan selama lebih dari 100 tahun, sekolah baru yang mengajarkan ilmu bela diri pun terbentuk dan menjadi populer.

Selain ilmu bela diri kuno, Tempat Suci Para Dewa juga menawarkan solusi lainnya untuk mengembangkan umat manusia, yaitu jiwa binatang.

Saat membunuh seekor makhluk dalam Tempat Suci Para Dewa, seseorang berkesempatan untuk memperoleh jiwa binatang, yang dapat berupa segala bentuk dan penampilan. Beberapa mungkin dapat digunakan langsung saat bertarung, dan yang lainnya mungkin muncul dalam bentuk persenjataan.

Selain itu, beberapa jiwa binatang mungkin dapat membantu manusia untuk bertransformasi sehingga mereka dapat mengambil bentuk monster yang mengerikan, burung ajaib yang dapat terbang antara surga dan bumi, ataupun serangga yang mengebor di bawah tanah.

Tidak ada ilmu bela diri ataupun jiwa binatang yang dimiliki Han Sen.

Han Sen menyelesaikan pendidikan integrasi wajib dan memasuki Tempat Suci Para Dewa ketika dia berumur 16 tahun. Apa yang dipelajarinya dalam sekolah hanyalah tingkat dasar ilmu bela diri yang telah diketahui oleh setiap orang.

Sedangkan jiwa binatang, harganya terlalu mahal, sehingga Han Sen tidak sanggup mendapatkannya bahkan yang termurah sekalipun.

Tanpa ilmu bela diri dan jiwa binatang, atau senjata canggih berbahan logam campuran buatan manusia, Han Sen hanya sanggup membunuh makhluk tingkat rendah dan memakan dagingnya untuk berevolusi, dan dia sedang mengalami saat-saat yang sulit di Tempat Suci Para Dewa.

Tetapi semakin banyak daging makhluk tingkat rendah yang dimakannya, semakin sedikit evolusi yang dia dapatkan. Sudah tiga bulan, dia berada dalam Tempat Suci Para Dewa tetapi belum juga menyelesaikan satupun evolusi fisik.

Han Sen pernah mencoba membunuh beberapa makhluk yang lebih kuat, namun bahkan saat melawan makhluk primitif yang paling lemah, si binatang bergigi-tembaga, nyawanya hampir melayang. Dia pun harus beristirahat selama hampir sebulan sebelum kembali ke Tempat Suci Para Dewa.

Sampai saat ini, Han Sen telah memakan semua jenis makhluk biasa di sekitarnya, namun daging mereka sama sekali tidak dapat membantunya. JIka tidak mau mengambil resiko untuk memburu makhluk yang lebih berkembang, dia tidak akan pernah berevolusi.

Ketika dia hampir saja membunuh si binatang bergigi-tembaga, Han Sen melihat sesuatu merangkak di antara riak anak sungai.

Pada awalnya, dia menyangka itu adalah seekor kumbang hitam, tetapi seketika dia memperhatikan ada sesuatu yang berbeda, karena biasanya semua kumbang hitam bercangkang hitam, namun binatang ini memiliki cahaya keemasan yang terang yang memancing perhatiannya.

Han Sen menatap makhluk tersebut merangkak keluar dari air. Binatang itu sebenarnya adalah seekor kumbang hitam, tetapi kumbang ini berbeda dengan kumbang biasanya karena tubuh emasnya yang sebesar bola basket. Dia terlihat seperti sebuah ukiran yang terbuat dari emas, dan matanya sejernih kristal, seperti permata. Dia bahkan tidak terlihat seperti makhluk hidup kalau tidak diperhatikan secara seksama.

”Mengapa kumbang hitam ini begitu aneh?” Han Sen menatap kumbang hitam keemasan itu.

Akhir-akhir ini, dia telah membunuh banyak kumbang hitam sampai tidak terhitung jumlahnya dan dia sangat memahami binatang tersebut. Indra penglihatan mereka sangat buruk, tetapi pendengarannya sangat sensitif. Asalkan dia tidak bergerak, bahkan pada jarak yang dekat, seekor kumbang hitam tidak akan menyadari kehadirannya.

Han Sen menatap kumbang aneh tersebut, dan secara tidak terduga, dia merangkak ke arahnya.

Tanpa ragu-ragu, ketika kumbang hitam keemasan itu merangkak ke samping Han Sen, dia menekan cangkang kumbang hitam keemasan dengan satu tangan dan dengan cepat memotong persendiannya yang rapuh dengan sebilah pisau belati yang dipegang dengan tangan lainnya. Dia membuat enam potongan secara vertikal dan horisontal untuk melepaskan semua capit kumbang itu.

Kumbang hitam keemasan itu pun menggeliat dan membalikkan tubuhnya. Han Sen memanfaatkan kesempatan ini untuk menancapkan pisau belatinya ke sebuah tanda putih di perutnya dan membaliknya. Kumbang hitam keemasan itu tiba-tiba tidak bergerak lagi.

”Makhluk berdarah sakral, kumbang hitam telah terbunuh. Jiwa binatang dari kumbang hitam berdarah sakral diperoleh. Makan daging kumbang hitam berdarah sakral untuk memperoleh 0 sampai 10 poin geno secara acak.”