Chapter 317 - Rencana Ibu-Ibu (1/2)

”Eh, Nak Karan, mau kemana? Sini dulu.” panggil ibu Adith menghentikan langkah kaki Karan yang sedang menuju ke arah Alisya.

Karan tersenyum lebar dan segera mengikuti panggilan ibu Adith saat melihat nenek Alisya juga ikut memanggil dirinya.

”Halo nek, hai tante. Karan masih punya banyak pasien tadi makanya telat.” sapa Karan dengan begitu ramah kepada kedua wanita tersebut.

”Tak apa, duduklah dulu temani dua wanita tua yang sedang menjomblo ini.” ucapan ibu Adith membuat Karan tertawa pelan.

”Tante bisa aja yah!” ucap Karan memandang mereka dengan penuh perhatian.

”Karan, apa kamu tidak ada niat untuk nikah? umur kamu sekarang sudah sangat mapan. 25 tahun itu usia yang cukup untuk nikah.” tanya nenek Alisya dengan maksud untuk mengingatkan yang bisa dipahami oleh Karan.

”Ada kok nek, cuman sekarang Karan belum nemu calon yang tepat. Karan juga masih sibuk ngurusin rumah sakit jadi itu yang jadi penghambat buat Karan nemu calon.” Karan mengambil segelas minuman yang di bawa pelayan untuknya.

”Emang calon seperti apa yang kamu ingin temukan?” tanya ibu Adith penasaran sembari melirik ke arah ibu Karan yang sudah menari Akiko bersamanya.

”Jadi ternyata belum nemu? nenek pikir kamu sukanya sama Akiko. Nenek salah tanggap rupanya?” pancing nenek Alisya yang membuat Karan tersedak dari minumannya.

”Loh kalau sama Akiko saya dukung loh, dia anaknya manis. Rajin dan ceria lagi. Dia anak yang tulus dan sangat perhatian terhadap orang tua. Apalagi dia juga cantik dan cerdas, tante rasa kalian cocok.” ucap Ibu Adith bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan tapi memang itu yang ia rasakan ketika berhadapan dengan anak manis itu.

”Tante sama nenek mau ngomporin saya sama Akiko nih? Berniat ngejodohin yah?” Karan tersenyum menyadari maksud dari percakapan mereka.

”Iya, soalnya kami lihat kalian berdua cocok. Kalau kau suka padanya maka dia bisa menetap disini dan menemani nenek. Tapi jika tidak, maka tahun berikutnya Akiko akan kembali ke Jepang.” nenek Alisya mengeluarkan informasi yang sangat penting yang bahkan Alisya tidak mengetahui hal tersebut.

”Akiko akan kembali ke Jepang? Alisya dan Karin tahu tidak tentang ini? Apa Ryu juga sama?” tanya Karan dengan ekspresi kaget. Meski di hatinya terasa sedikit percikan api kepahitan, Karan lebih memikirkan bagaimana perasaan Adiknya dan Alisya ketika mendengar hal tersebut.

”Mereka berdua tidak mengetahuinya, makanya tante sama nenek mau ngomongin masalah ini sama kamu. Kami harap kamu bisa nahan Akiko untuk balik ke Jepang, kami sudah terlanjur sayang sama dia.” Ibu Adith menatap penuh harap kepada Karan.

Karan hanya terdiam karena tak tahu apa yang harus ia katakan. Karan masih belum yakin akan apa yang ia pikirkan dan rasakan mengenai Akiko. Meski ia sedikit merasa simpati, Karan tetap masih belum bisa melepaskan perasaanya dari Alisya. Butuh waktu baginya untuk bisa membuang perasaan itu.

”Kamu suka sama Akiko tidak?” Ibu Adith penasaran dengan tanggapan Karan mengenai Akiko.

”Aku, Aku masih tidak yakin dengan perasaanku tante.” ucap Karan gugup mendapat pertanyaan seperti itu dari Ibu Adith.

”Nenek tau kamu masih menyukai Alisya, itulah kenapa kamu tidak yakin dengan perasaanmu sekarang!” nenek Alisya sengaja berkata seperti itu saat melihat Ibu Karan sudah mendekat ke arah mereka.

”Aku memang masih memiliki perasaan kepada Alisya, tapi bukan karena itu aku tidak menemukan seseorang saat ini atau tidak menyukai Akiko. Aku hanya tidak memiliki perasaan lebih kepadanya.” ucap Karan yang tak mengetahui kalau Akiko sudah berada dibelakangnya.

Karan merasa lehernya cukup kering sehingga dengan cepat ia mengambil minumannya dan meneguknya pelan.