Chapter 283 - Bar Diskotik (1/2)

”Kalian yakin kalau Ubay dan Gery ada disana?” tanya pak Irhan ingin memastikan sekali lagi sebelum mereka pergi.

”Benar, tidak mungkin bagi mereka untuk berada disana. Itu adalah area terlarang bagi mereka yang belum cukup umur.” terang ibu Vivian masih tak yakin dengan apa yang dikatakan oleh siswanya.

”Aku sudah mencoba melacaknya, dan benar ia berada disana selama 3 jam terakhir.” pak Irhan dan ibu Vivian pada akhirnya percaya setelah mendengar perkataan Adith.

Bukan berarti mereka tidak mempercayai siswa yang lainnya, namun Adith memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam bidang teknologi sehingga mereka tak meragukan perkataan Adith.

”Ubay dan Gery meminta izin kepadaku sebelumnya, tetapi mereka hanya berjalan-jalan disekitar sini karena tidak begitu tertarik berkumpul dengan yang lainnya.” terang Wali kelas IIS mendesah tak menyangka kalau mereka berdua sampai tak kembali dalam waktu yang cukup lama.

”Aku ingat, sebelumnya aku lihat dia bertemu dengan seorang perempuan. Tapi aku tak tahu dia siapa.” Jiza langsung berkata dengan cepat saat ia mengingat sempat melihat Ubay dan Gery berbincang-bincang dengan seorang perempuan sebelumnya.

”Sepertinya memang kita harus memastikannya sendiri. Kalian bisa tunggu disini saja, kalian hanya akan merepotkan jika ikut. Aku rasa Adith sudah cukup untuk ikut bersama kami.” jelas pak Irhan memberikan arahan kepada Zein dan yang lainnya.

”Saya jamin bapak akan membutuhkan mereka, Karin memiliki lisensi kedokteran jika memungkinkan ada terjadi sesuatu kepada Ubay dan Gery, sedang Alisya memiliki pendengaran yang cukup tajam yang bisa membantu kita dalam melakukan pencarian nanti.” Adith dengan segera menjelaskan mengapa ia datang bersama Karin dan Alisya.

”Selain itu, kami juga bisa membantu Adith dalam mengoperasikan semua alat-alat yang dimilikinya. Sedang Ryu, dialah yang paling ahli jika kita harus berhadapan dengan beberapa preman.” tambah Zein lagi.

Adith dan Zein saling berpandangan, mereka tak menyangka kalau alat mereka bisa dibutuhkan kapanpun dan dimanapun. Mereka juga sangat berterimakasih kepada Riyan yang diam-diam mengambil semua peralatan tersebut karena iseng.

”Baiklah, tapi jika mereka malah membuat kita jadi terhambat, kau harus memulangkan mereka secepatnya.” seru pak Irhan tak yakin dengan apa yang dipikirkan oleh Adith dan Zein.

Pak Irhan yang hanya mengizinkan laki-laki untuk ikut bersamanya mau tidak mau menuruti permintaan Adith. Mizan dan Erik yang sangat Khawatir pun ikut bersama mereka dengan memaksa kuat.

”Pak Anto dan bu Vivian, kalian lebih baik disini bersama yang lainnya untuk tetap memantau mereka semua jangan sampai ada lagi yang keluar dari resort ini.” tegas pak Irhan sebelum akhirnya pergi meninggalkan ibu Vivian yang sebelumnya sempat memaksa untuk ikut juga.

Karena sudah larut malam, mereka tak menemukan kendaraan apapun disana. Akan terlalu mencolok jika harus menggunakan bus namun karena tak ada pilihan lain, pak Irhan terpaksa memakai bus tersebut sebagai alat kendaraan mereka.

Bus tersebut juga bisa di pakai oleh Adith dan yang lainnya dalam memantau keadaan dari jarak jauh sehingga mereka tak perlu datang berbondong-bondong kedalam area tersebut. Pak Irhan turun dari bus bersama Adith dan Ryu begitu mereka sampai ke area tersebut.

”Sepertinya tempat ini adalah diskotik yang berkamuflase menjadi karaoke keluarga karena apa yang terlihat dari pelacakan dari Erik, tempat ini adalah Bar Diskotik yang tidak sembarang orang bisa masuk.” terang Zein sembari terus memperhatikan layar dari alat komunikasi mereka yang berada pada pak Irhan maupun Adith dan Ryu.

”Aku tidak tau apakah mereka masih berada didalam atau malah handphone mereka sudah dicuri dan dibawa ke tempat itu.” tambah Erik lagi dengan gusar membuka sedikit horden bus itu untuk melihat keluar.

”Tutup, kau bisa membuat kita ketahuan. Jangan sampai mereka melihat cahaya dari bus ini.” Riyan dengan cepat menghentikan Erik sebelum horden tersebut terbuka dengan sangat lebar.