Chapter 265 - Cerita Egi (1/2)
”Aucchhh…” Egi meringis kesakitan setiap kali Karin memegang tangannya meski dengan gerakan yang cukup sederhana.
”Siapa yang suruh sih tangan kamu ditaruh dibawah kaki orang.” Sindir Aurelia dengan tatapan sinis.
”Anak ini, kalau khawatir yah terus terang saja nggak usah sok jaim gitu!” senggol Adora kepada Aurelia yang berbicara terlalu terang-terangan.
”Loh.. emang bener kan? Lagi pula bagaimana bisa tangan dia sampai terkilir begitu parah?” ketus Aurelia sekali lagi yang masih tetap berada disana meski sudah di usir pergi.
”Jangan dengarkan dia, abaikan saja kaleng rombeng satu ini.” Ucap Feby yang langsung mendapat bekapan kuat dari Aurelia yang kesal.
”hahahaha,,, Terima Kasih, maaf sudah membuat kalian semua khawatir. Tapi aku benar baik-baik saja.” Egi merasa sangat bersyukur karena memiliki teman-teman sekelas seperti Alisya dan yang lainnya.
Mereka yang selama ini tak saling menyapa karena Egi yang bersikap malu-malu lama kelamaan mau membuka hatinya setelah beberapa hari lalu diberi kesempatan untuk ikut dikelas belajar tambahan bersama mereka.
”Sepertinya jari tanganmu mengalami trauma. Aku takt ahu apakah terjadi keretakan tulang atau pergeseran tulang namun karena adanya trauma pada tubuh akan menyebabkan nyeri karena rangsangan saraf yang terjadi.” Terang Karin mencoba menjelaskan kondisi tangan yang sedang di alami oleh Egi.
”Apa itu artinya jari-jari tangannya mengalami luka yang parah?” tanya Emi khawatir terhadap Egi.
”Biasanya akan terjadi bengkak akibat adanya pecahnya pembuluh darah akibat trauma. Tapi jika jarimu mengelami keterbatasan gerak, apalagi nyeri hebat saat digerakkan, maka kamu bisa berkonsultasi kak Karan untuk menilai adanya kemungkinan patah, retak atau bergeser.” Jawab Karin sembari memberikan alcohol pada luka permukaan kulit disekitar jari-jari Egi yang ditambahkan betadine agar luka goresannya tidak mengalami infeksi.
”Untuk sementara hal yang dapat kamu lakukan yakni kompres dengan kompres dingin selama 2 hari pertama dan dilanjutkan dengan kompres hangat.” Tambah Alisya mengingatkan Egi. Ia yang sudah terbiasa mengalami hal tersebut tau betul apa yang harus dilakukan.
”Semoga saja tanganmu tidak mengalami luka yang cukup parah” ucap Gina yang sedari tadi mengerutkan mukanya setiap kali menatap wajah Egi yang sedang berusaha menahan sakitnya.
”Melihatmu seperti itu seolah membuatku ikut merasakan sakitnya.”ucap Fani yang memandang serius kea rah Egi.
”Apa kalian tidak lapar? Kenapa kalian semua berkumpul disini.” Karin mulai terganggu dengan kehadiran mereka yang mengahambat pergerakannya karena memenuhi ruang UKS tersebut.
”Oh iya, aku hampir lupa kalau ada satu kampung yang harus aku isi.” Emi merujuk kepada perutnya yang selalu ia sebut sebagai kampung tengah.
”bagaimana dengan kalian?” tanya Adora kepada Alisya dan Karin yang terlihat tak bergerak dari tempat duduknya meski telah selesai memberikan perban pada tangan Egi.
”Kami akan menyusul, kalian pergi lebih dahulu. Aku harus meminta Karin untuk mengurut pundakku yang terasa sedikit pegal.” Alisya sengaja beralasan dengan menatap tajam kearah Karin. Hanya dengan melihat mata Alisya saja, Karin sudah paham akan apa yang sedang ingin dilakukan oleh Alisya.