Chapter 172 - Upah Lebih (1/2)
Begitu melihat ibu Zein yang terlihat kerepotan mengurus barang-barang yang sudah siap untuk dibagikan, Adora dengan cepat menghampirinya dengan setengah berlari kecil.
”Tante memanggil saya?” tanya Adora dengan sopan kepada ibu Zein yang berbalik mengambil satu barang dan barang yang lain.
”Kamu kemana saja sih? kamu kan dibayar untuk membantu semua pekerjaan disini, bukannya malah kelayapan nggak jelas. Liat tuh teman-teman kamu sudah mulai kerepotan memisahkan barang yang akan dibagikan!!!” bentak ibu Zein kesal karena merasa bahwa Adora adalah pegawai sewaannya yang lalai.
”Kampret tuh bocah aku dikerjain,, sepertinya kita harus mengikuti alur permainannya!” Batin Adora menggertakkan giginya kesal karena dikerjai oleh Adik Zein.
”Maaf tante, saya tadi diberikan pekerjaan didepan!” jawab Adora mengikuti arahan dari ibu Zein.
Adith dan Alisya segera datang dengan memimpin barisan dimana Adith memimpin barisan para anak laki-laki dan Alisya memimpin barisan para anak perempuan. Mereka yang sebelumnya terlihat kesulitan mengendalikan kereaktifan para anak-anak itu kini terlihat sangat patuh terhadap perintah Adith dan Alisya bagaikan prajurit-prajurit kecil yang dikomandoi dengan mantap.
”Kita mulai yah, pertama baris paling depan dari laki-laki yang akan maju terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan barisan paling depan dari perempuan yah?” Teriak Adith lantang seperti sedang melatih dan berlagak seperti komandan pasukan. Pasukan Adith seketika menghormat dilanjutkan dengan pasukan Alisya.
”Bukannya harusnya Perempuan dulu yang maju kak? Perempuan kak harus selalu diutamakan! ucap seorang anak kecil yang masih berusia sekitar 5-6 tahun.
”What??? dari mana anak ini belajar?” Adith mencubit pipinya dengan gemas karena ucapannya yang terbilang cukup dewasa dibanding dengan usianya.
”Kamu benar, sebagai laki-laki kamu harus bisa mengutamakan perempuan. Tidak masalah jika perempuan atau laki-laki yang lebih dahulu maju, tapi jika kalian mengambil barang kalian terlebih dahulu kemudian menaruhnya ditempat yang aman maka kalian bisa membantu perempuan untuk mengambil barangnya nanti. Jadi kalau perempuan yang maju terlebih dahulu, maka takkan ada yang membantu mereka. Iya kan???” ucap Alisya penuh lemah lembut. Alisya menjelaskan dengan sangat sederhana agar mampu dipahami oleh anak-anak berusia dibawah 8 tahun.
Mereka mengangguk pelan memahami perkataan dari Alisya. Anak-anak dengan patuh mengikuti arahan dari Adith dan Alisya menuju Adora mengambil bingkisan dan memeluknya dengan sangat erat karena ia tak cukup kuat untuk memegangnya dengan sebelah tangannya. Zein yang berada pada Barisan lain dengan anak yang jauh lebih besar tertawa melihat tingkah polos mereka.
Sudah sekitar 10 barisan anak-anak itu datang silih berganti mengambil semua bingkisan yang diberikan kepada mereka. Adora sudah merasakan pegal yang cukup berat namun masih terus berusaha untuk memberikan bingkisan itu sampai habis. Setelah selesai ibu Zein langsung menyuruhnya untuk segera berlari ke arah meja makanan dipekarangan agar semua mendapatkan bagiannya.
Meja yang sebelumnya ia lihat hanya berisi kue-kue dan makanan manis sekarang sudah berganti menu dengan makanan yang lebih berat dan bergizi besar bagi masa pertumbuhan anak-anak.
”Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat pasih! ucap Emi melihat wajah Adora yang tampak kelelahan dengan nafas yang tersengal-sengal.
”Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Aku hanya berharap agar semua ini secepatnya berakhir, dengan begitu aku bisa merebahkan tubuhku dengan nyaman!” Adora menghayalkan ranjang dikasurnya yang empuk dan nyaman. Bagi Adora tempat paling nyaman untuk melepas segala penat dan lelah setelah seharian beraktifitas adalah kasur ranjang empukmu.
Setelah mereka berbincang sejenak untuk melepas letih, dengan segera mereka melanjutkan semua pekerjaan yang ada hingga akhirnya semua tamu undangan dan para anak Yatim mulai pulang satu persatu meninggalkan rumah Zein yang dipenuhi dengan keterkacauan layaknya tingkah anak-anak pada umumya.
”Kerja kamu bagus, saya suka! saya akan memberikan upah lebih pada managermu nanti” ibu Zein datang menghampiri Adora dan Emi. Emi menatap bingung tak paham dengan perkataan dari ibu Zein.